Serbuan Pemukim Yahudi ke Al-Aqsa dan Tentara Bergajah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Pada Senin, 26 Mei 2025, ribuan pemukim Yahudi dengan leluasa menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa. Aksi ini dilakukan dengan dalih memperingati pendudukan Tepi Barat dalam Perang Enam Hari tahun 1967, dan mendapat dukungan penuh dari aparat militer Israel.
Spanduk-spanduk provokatif dibentangkan dalam aksi tersebut. Di antaranya bertuliskan, “Gaza adalah milik kita”, serta “Yerusalem 1967, Gaza 2025”—slogan yang secara terang-terangan mencerminkan ambisi aneksasi militer atas Gaza, sebagaimana pendudukan Yerusalem Timur. Bahkan, spanduk bertuliskan “Tanpa Nakba tidak ada kemenangan” menunjukkan glorifikasi atas pengusiran paksa lebih dari 700.000 warga Palestina saat berdirinya negara Israel pada 1948.
Aksi ini bukan sekadar gerakan sporadis dari massa. Beberapa tokoh penting pemerintahan Israel turut serta, termasuk Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, Menteri Negev dan Galilea Yitzhak Wasserlauf, serta sejumlah anggota Knesset dari partai-partai ultra-nasionalis seperti Likud, Kekuatan Yahudi, dan Zionisme Religius. Fakta ini menunjukkan bahwa penyerbuan tersebut secara politis disokong oleh kekuasaan.
Peristiwa ini mengingatkan kita pada kisah legendaris penyerangan Tentara Bergajah ke Ka'bah—tempat suci umat Islam—yang pada akhirnya dihancurkan oleh kekuasaan Allah melalui burung-burung Ababil. Bukankah Masjid Al-Aqsa juga memiliki kedudukan mulia dalam Islam? Apakah sejarah akan kembali terulang?
Al-Qur’an telah menegaskan bahwa Allah tidak tinggal diam terhadap kezaliman yang ditujukan kepada tempat-tempat ibadah, apapun agamanya. Dalam surah Al-Ḥajj ayat 40, Allah berfirman:
> “(Yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halamannya tanpa alasan yang benar, hanya karena mereka berkata, 'Tuhan kami adalah Allah.' Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti telah dirobohkan biara-biara, gereja-gereja, sinagoge-sinagoge, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sungguh, Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”
(Al-Ḥajj [22]: 40)
Ayat ini menjadi isyarat bahwa kehancuran suatu kekuatan yang menodai tempat ibadah bisa terjadi melalui tangan manusia lain yang Allah gerakkan. Dalam konteks ini, kita melihat bagaimana gelombang perlawanan masyarakat dunia terhadap agresi Israel mulai bangkit. Demonstrasi besar-besaran di berbagai kota Eropa dan Amerika merupakan tanda awal.
Sebagaimana runtuhnya pasukan bergajah, penjajahan atas tanah suci ini pun sedang menuju kehancurannya. Di mulai dari gerakan mereka yang terus menodai Masjid Al-Aqsa. Allah Mahatahu, dan sejarah telah berkali-kali membuktikan bahwa kezaliman tidak pernah abadi.
0 komentar: