Cara Filosofis Menghadapi Tantangan
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Ini era keributan. Ini era huru-hara. Ini era carut marut. Ini era ketidakteraturan. Sangat sulit memprediksi sesuatu karena polanya kacau. Hingga iklim pun dikatakan iklim yang ekstrim. Kekacauan menimbulkan kebingungan dan akal tidak bisa digunakan optimal.
Di suasana yang ektrim, data masa lalu sudah tak terlalu bermanfaat. Karena polanya ekstrim, jadi tak bisa digunakan untuk memprediksi masa depan. Pelajaran masa lalu yang sifatnya taktis dan strategis menjadi kurang berguna. Yang dibutuhkan hanya tinggal masa lalu yang bersifat filosofis.
Kumpulan big data. Analisa big data. Padahal perangkat analisa sangat terbatas. Sekarang, serbuan informasi pun tak berbatas. Menghasilkan banyak perspektif. Mana yang akan dipilih? Strategi apa yang dilakukan? Sudah saatnya beralih ke filosofis.
Kisah para nabi dan rasul, menghadirkan filosofis dalam menghadapi liku-liku kehidupan. Nabi Shaleh menghadapi persoalan ekonomi dengan cara filosofis, tidak riba dan bertransaksi sesuai timbangan atau takaran. Nabi Yusuf menyelesaikan persoalan negara dengan konsep perbekalan menghadapi akhirat.
Nabi Sulaiman mengelola kekuasaan dengan konsep bersyukur. Nabi Musa menghadapi kezaliman Firaun dengan mengikuti apa yang diperintahkan Allah. Landasan filosofis membutuhkan karakter akhirat, bukan kecerdasan akal.
Konsep filosofis menyelesaikan liku-liku kehidupan dengan berbasis mengikuti alur takdir yang telah ditetapkan oleh sang Pencipta. Terus berbuat kebaikan, bersabar dan bertakwa. Itulah salah satu dasar filosofis.
Dengan berbasis filosofis, persoalan tuntas dengan sendirinya. Tanpa mengeluarkan energi besar untuk menyelesaikannya. Pertolongan datang dengan sendirinya, tanpa merengek meminta. Carut marut eksternal tak pernah dipersoalkan, fokusnya hanya teguh pada nilai filosofis.
0 komentar: