Saat Yahudi Menanti Kedatangan Nabi Terakhir di Madinah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Yahudi tiba di Madinah untuk tujuan suci. Yaitu, menanti kehadiran Nabi Terakhir. Bila Nabi Terakhir ini diutus, mereka akan mengimani, mentaati dan menjadi pembela utamanya. Buahnya, akan memimpin peradaban dunia.
Keyakinan ini menjadi doktrin utama yang merata di kalangan Yahudi. Hal ini terlihat dari banyak suku-suku Yahudi yang berdiam di Madinah dan sekitarnya. Mereka rela berimigrasi ke Madinah dari beragam wilayah.
Kedatangan Nabi Terakhir tak diketahui waktunya. Mereka tiba di Madinah sejak abad 6 SM. Padahal Nabi Terakhir diutus pada abad 6 M. Bagaimana cara bertahannya? Mereka membangun benteng-benteng, mempercanggih infrastruktur militer dan menguasai wilayah subur.
Mereka juga memperhatikan semua isyarat yang ada di kitab-kitab terdahulu tentang kehadiran Nabi Terakhir. Dari tanda-tanda alam, leluhurnya, pengikutnya hingga tanda-tanda fisik dan akhlaknya. Mereka juga memahami wawasan keilmuan yang dimiliki Nabi Terakhir.
Tujuan kedatangan sangat mulia, namun mengapa perilaku mereka terhadap penduduk asli Madinah justru menzalimi dan merusak? Bukankah perilaku ini sama dengan kedatangan Yahudi Zionis Israel di Palestina, yang datang lalu menggenosida dan menjajah rakyatnya?
Suku asli Madinah diadudomba dan dipecahbelah, sehingga di antara pendudukan Madinah selalu berselisih dan berperang. Sehingga, selalu terjadi perebutan kekuasaan diantara suku asli Madinah.
Untuk menguasai sektor keuangan, penduduk asli Madinah dipinjami uang dengan bunga yang sangat tinggi untuk membiayai perang di antara mereka yang diciptakan oleh Yahudi sendiri.
Bila tidak bisa membayarnya, mereka mengambil aset-aset berharganya. Oleh sebab itu, mengapa wilayah dan sektor strategis serta subur dikuasai Yahudi.
Pantaskah bangsa yang menunggu dan mengimani kedatangan Nabi Terakhir yang mulia memiliki karakter seperti ini? Bukankah ini sama dengan Yahudi Zionis Israel di Palestina? Seperti itulah karakter Yahudi dimanapun dan kapanpun.
0 komentar: