Quraisy dan Yahudi di Era Penantian Nabi Terakhir
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Kabilah Quraisy bangsa asli di Mekah. Sedangkan Yahudi berimigrasi ke Madinah. Lalu menetap di Madinah. Itulah era sebelum kedatangan Nabi Terakhir. Bagaimana karakter mereka?
Di era kejahiliyahan, Allah swt masih memuji suku Quraisy dalam Al-Qur'an. Allah swt berfirman dalam surat Quraisy ayat 1-4,
"Disebabkan oleh kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas (sehingga mendapatkan banyak keuntungan), maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka‘bah), yang telah memberi mereka makanan untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa takut."
Di era kejahiliyahan Quraisy, para ahli sirah nabawiyah mencatat, beberapa karakter suku Quraisy yang merupakan bagian akhlak mulia seorang mukmin. Seperti, akhlak kepada tamu dan memberikan perlindungan kepada seseorang.
Beberapa sabda Rasûlullâh saw pun, dalam mengomentari keputusan suku Quraisy di era kejahiliyahan, menunjukkan dukungannya. Terutama tentang tidak adanya praktik kezaliman terhadap orang lain di sekitar Mekah. Seperti perjanjian Hilful Fudhul.
Bagaimana dengan Yahudi? Banyak celaan Allah swt terhadap mereka. Di saat Nabi Musa dan Isa masih hidup saja, banyak celaan Allah swt kepadanya, apalagi setelah kepergiannya?
Moenawar Chalil, dalam Kelengkapan Tarik Nabi Muhammad SAW, menjelaskan kelicikan kaum Yahudi dalam mengadu domba suku asli Madinah, Aus dan Khazraj. Kedua suku ini berperang dengan tidak ada hentinya karena politik "adu domba" kaum Yahudi.
Jadi dalam kejahiliyahan Quraisy, mereka masih dikategorikan bangsa yang bodoh. Juga, masih ada yang selaras dengan Islam. Namun, dalam naungan Taurat, bangsa Yahudi dikategorikan sebagai kaum yang dimurkai. Itulah kondisi keduanya di era penantian diurusnya Nabi Terakhir.
0 komentar: