Membaca Diplomasi Rahasia Amerika–Israel tentang Palestina: Berakhir Sia-Sia
---
Prolog: Bisikan di Balik Pintu Tertutup
Seorang sahabat pernah berbisik lirih kepada Rasulullah ﷺ, lalu turunlah ayat yang menyinggung tentang bisikan-bisikan itu. Bukan karena bisikan itu penting, tetapi karena ia menyimpan makna: ada pembicaraan manusia yang bisa menumbuhkan kebaikan, ada pula yang hanya menambah luka.
Sejak itu, Al-Qur’an mengajarkan satu istilah yang terus hidup: najwā. Bisikan rahasia. Percakapan tertutup. Pertemuan kecil yang diselubungi misteri.
Hari ini, kata itu kembali terasa nyata ketika kita membaca berita: “Washington dan Tel Aviv menggelar pembicaraan rahasia tentang Gaza.” “Gedung Putih dan Yerusalem berunding diam-diam soal Tepi Barat.” Seakan-akan dunia bergerak di balik pintu tertutup.
Padahal sejarah Palestina adalah bukti nyata bagaimana bisikan rahasia telah berkali-kali menentukan nasib sebuah bangsa. Dari Sykes–Picot hingga Oslo, dari Deklarasi Balfour hingga Deal of the Century, rakyat Palestina selalu menjadi objek perbincangan, tetapi tak pernah diundang duduk di meja perundingan.
Apakah dunia lupa, atau memang pura-pura tidak peduli?
Di sinilah Al-Qur’an terasa segar kembali. Surat al-Mujādilah ayat 7–10 seakan menyingkap panggung gelap diplomasi modern, sambil berbisik kepada kita: “Jangan takut. Allah ada di setiap najwā. Tidak ada satupun bisikan yang luput dari pendengaran-Nya.”
---
Najwā dalam al-Qur’an: Ayat yang Mengintip Panggung Rahasia
Mari kita dengarkan kembali firman Allah dalam Surat al-Mujādilah:
Ayat 7:
“Tidakkah engkau perhatikan bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tidak ada pembicaraan rahasia antara tiga orang melainkan Dia-lah yang keempat, antara lima orang melainkan Dia-lah yang keenam, dan tidak (pula) antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak melainkan Dia bersama mereka di manapun mereka berada.”
Ayat 8: Allah mencela orang-orang yang berbisik-bisik tentang dosa, permusuhan, dan pembangkangan kepada Rasul.
Ayat 9: Allah memperingatkan orang beriman agar tidak meniru pola itu, tetapi menjadikan bisikan untuk kebaikan, takwa, dan rekonsiliasi.
Ayat 10: Allah menegaskan bahwa bisikan jahat hanyalah tipu daya setan untuk menakut-nakuti orang beriman. Mereka tidak akan membahayakan kecuali dengan izin Allah.
Betapa jernih pesan ini. Bahwa ruang rapat yang diselimuti rahasia bukanlah ruang kosong: Allah adalah saksi, Allah adalah peserta yang tak bisa disingkirkan. Setiap strategi yang lahir dari niat menindas, pada akhirnya akan runtuh oleh skenario-Nya.
---
Sejarah Najwā Eropa dan Amerika tentang Palestina
Kini mari kita menoleh ke sejarah. Setiap peristiwa besar tentang Palestina hampir selalu lahir dari bisik-bisik rahasia.
1. Perjanjian Sykes–Picot (1916)
Sebuah kesepakatan rahasia Inggris–Prancis untuk membagi-bagi Timur Tengah seperti kue. Palestina bahkan belum lahir sebagai negara, tetapi sudah diatur nasibnya tanpa bertanya pada penduduknya.
2. Deklarasi Balfour (1917)
Sebuah surat singkat dari Menteri Luar Negeri Inggris kepada pemimpin Zionis. Kalimatnya manis: “mendukung tanah air bagi bangsa Yahudi.” Tapi di baliknya ada lobi panjang dan pertemuan rahasia, yang sama sekali tidak melibatkan orang Palestina.
3. Konferensi San Remo (1920)
Di sebuah kota kecil di Italia, para pemenang perang dunia memutuskan Palestina sebagai “mandat” Inggris. Lagi-lagi, tidak ada kursi untuk rakyat Palestina.
4. Camp David (1978)
Mesir dan Israel duduk di meja negosiasi. Amerika menjadi mediator. Hasilnya: Mesir mendapatkan kembali Sinai, tapi Palestina ditinggalkan sendirian. Bisikan yang mengkhianati solidaritas.
5. Oslo (1993)
Rahasia di Norwegia, kemudian diumumkan dengan gemerlap. Dunia menyebutnya “kesepakatan damai.” Palestina diberi otoritas semu, tetapi tanahnya tetap dicaplok sedikit demi sedikit.
6. Deal of the Century (2019)
Dirancang Jared Kushner, menantu Donald Trump. Rapat-rapat rahasia digelar di Washington dan Tel Aviv. Isinya: melegalkan pencaplokan, memberi sedikit “bantuan ekonomi” sebagai pengganti tanah air.
Inilah daftar panjang najwā modern: pertemuan-pertemuan yang hanya menguntungkan penguasa, dan melukai yang lemah.
---
Najwā yang Dikecam: Membaca Amerika dan Israel dalam Cermin Al-Qur’an
Ayat-ayat al-Mujādilah seakan mengomentari langsung isi meja perundingan Washington.
Ayat 7: Allah hadir di setiap rapat. Tidak ada draft perjanjian yang luput dari pengawasan-Nya.
Ayat 8: Inilah isi bisikan Amerika–Israel: dosa (menghalalkan pencaplokan), permusuhan (blokade Gaza, bombardir), dan pembangkangan terhadap Rasul (menolak keadilan yang diajarkan Islam).
Ayat 9: Umat Islam dilarang meniru pola itu. Jika kita berbisik, hendaklah untuk kebaikan, menolong yang tertindas, memperkuat persaudaraan.
Ayat 10: Ayat ini seakan menyapa Gaza: “Jangan takut pada rapat rahasia musuh. Itu hanyalah tipu daya setan. Mereka tidak akan melukai kecuali dengan izin Allah.”
---
Refleksi Teologis: Allah Hadir di Ruang yang Tertutup
Mari kita bayangkan: sebuah ruangan oval di Gedung Putih. Lampu kristal menyala, pintu tertutup rapat, hanya ada Presiden Amerika, Perdana Menteri Israel, dan segelintir penasihat. Mereka membicarakan peta, angka, strategi militer, proyek ekonomi.
Mereka merasa aman. Tidak ada kamera. Tidak ada publik.
Namun Al-Qur’an mengoreksi persepsi itu. “Allah bersama mereka.” Allah adalah “orang keempat” dalam ruangan itu. Ia mendengar setiap kata, mengetahui setiap niat, bahkan menulis ulang sejarah di luar jangkauan mereka.
Di Gaza, bom mungkin jatuh. Di Tepi Barat, tembok mungkin dibangun. Tapi di langit, ada skenario lain yang sedang dipersiapkan.
---
Najwā sebagai Pola Sejarah
Sejarah mengajarkan, pola ini berulang.
Di zaman Rasulullah ﷺ, orang-orang munafik sering berkumpul berbisik-bisik di pojok rumah, menyusun rencana untuk melemahkan umat. Hari ini, mereka duduk di ruang rapat modern dengan laptop dan peta digital.
Pola sama, hanya ruang yang berbeda.
Inilah kekuatan Al-Qur’an: menyingkap tabiat manusia lintas zaman. Bahwa bisikan rahasia selalu hadir, tetapi Allah juga selalu hadir untuk membongkar dan membalikkan.
---
Pelajaran bagi Dunia Islam
Ada tiga pelajaran penting yang lahir dari ayat-ayat ini:
1. Terang Melawan Gelap
Musuh berbisik di ruang tertutup, tetapi umat harus melawan dengan solidaritas terbuka. Demonstrasi, advokasi, flotilla, boikot—semua ini adalah cahaya melawan kegelapan diplomasi.
2. Najwā yang Terpuji
Bisikan tidak selalu buruk. Ayat 9 memerintahkan agar orang beriman menjadikan bisikan untuk kebaikan. Artinya, kita juga perlu strategi, diskusi rahasia, pertemuan kecil—tetapi untuk menyelamatkan, bukan menindas.
3. Ketenangan Spiritual
Ayat 10 memberi peneguhan: makar itu ada, tetapi tak akan melukai tanpa izin Allah. Itulah sebabnya rakyat Gaza masih tersenyum, meski dunia seakan bersekongkol melawan mereka.
---
Suara Pakar: Perspektif Hubungan Internasional
Rashid Khalidi, sejarawan Palestina, menulis: “Setiap perjanjian besar tentang Palestina selalu dibuat tanpa Palestina.” Bukankah ini tafsir nyata dari ayat 8? Bisikan yang justru menyingkirkan pihak yang paling berhak.
Noam Chomsky, intelektual Amerika, menyebut diplomasi Amerika–Israel sebagai “teater politik”. Pertemuan rahasia hanya ilusi, sementara agenda militer terus berjalan.
Wahbah az-Zuhaili, mufassir kontemporer, menegaskan: najwā tercela adalah perundingan “untuk menzalimi orang lain atau memperkuat penguasa zalim.” Tepat sekali jika kita menaruh kacamata tafsir ini pada konteks Palestina.
---
Penutup: Bisikan yang Lebih Nyaring
Hari ini, Washington dan Tel Aviv mungkin kembali sibuk berbisik: membicarakan Gaza, menghitung biaya perang, menyusun rencana pascaperang.
Tapi ada bisikan lain yang lebih kuat: doa anak-anak Gaza yang berbisik di malam gelap, doa ibu-ibu yang kehilangan anaknya, doa para syuhada yang gugur dengan senyum.
Bisikan itu naik ke langit, menembus semua pintu tertutup. Dan di hadapan Allah, bisikan doa lebih nyaring dari bisikan diplomasi.
> Inilah janji al-Mujādilah: makar musuh hanyalah tipu daya setan. Sementara bisikan doa adalah bisikan cahaya. Dan pada akhirnya, cahaya akan menelan gelap. Gaza akan bangkit, bukan karena meja rahasia, melainkan karena Allah hadir dalam setiap najwā.
0 komentar: