Kemerdekaan Palestina: Amal Jariyah Semua Bangsa dan Agama
Surat dari Gaza kepada Dunia
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, dan salam damai bagi seluruh umat manusia.
Kami menulis kepada kalian dari reruntuhan Gaza. Dari rumah yang sudah rata dengan tanah, dari masjid yang tinggal puing, dari sekolah yang kini menjadi kuburan. Tapi kami tahu: suara ini tidak hilang. Ia menembus tembok blokade, menyeberang laut, dan sampai ke hati kalian.
Hari ini kami ingin berbicara tentang sebuah kata yang mungkin jarang dipikirkan ketika menyebut Palestina: amal jariyah. Ya, amal jariyah. Karena kami percaya, kemerdekaan kami bukan hanya perjuangan kami, melainkan amal jariyah seluruh bangsa dan agama.
---
1. Apa Itu Amal Jariyah?
Dalam Islam, Rasulullah ï·º bersabda:
> “Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.”
— HR. Muslim
Biasanya amal jariyah dipahami sebagai wakaf, masjid, sumur, atau sekolah. Tetapi di Gaza kami belajar: amal jariyah juga bisa berupa perjuangan melawan penindasan, doa yang tidak berhenti, solidaritas yang mengalir melintasi benua.
Setiap kali kalian menyumbang, menulis, berdoa, menolak produk yang menopang penjajahan, sesungguhnya kalian sedang menanam benih amal jariyah. Bukan hanya untuk Palestina, tetapi untuk anak cucu kalian sendiri.
---
2. Palestina: Pusat Nurani Dunia
Mengapa Palestina begitu penting?
Karena tanah ini adalah simpul tiga agama samawi.
Di sini ada Masjid Al-Aqsa, kiblat pertama umat Islam.
Di sini ada Gereja Makam Kudus, tempat umat Kristiani mengingat penderitaan Yesus.
Di sini pula jejak para nabi Bani Israil tertulis dalam sejarah.
Artinya, membela Palestina bukanlah isu agama sempit. Ia adalah tugas nurani bersama.
Allah berfirman:
> “Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.”
— QS. Al-Maidah: 2
Membela Palestina adalah bentuk paling nyata dari tolong-menolong dalam kebaikan.
---
3. Dari Derita Menjadi Warisan Amal
Seorang ibu di Indonesia menyisihkan uang belanja untuk Gaza.
Seorang mahasiswa di Amerika berani berdiri di kampus, menolak normalisasi apartheid.
Seorang pendeta di Afrika Selatan menyerukan bahwa “Palestina adalah ujian moral dunia.”
Bahkan seorang penulis Yahudi di London menolak Zionisme dengan menanggung caci maki komunitasnya.
Mereka berbeda agama, berbeda bangsa, tetapi semua amal itu bertemu di satu titik: membela yang tertindas.
Dan bukankah Allah berfirman:
> “Barangsiapa melepaskan satu kesusahan seorang mukmin dari kesusahan dunia, niscaya Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan di hari kiamat.”
— HR. Muslim
Melepaskan kesusahan Palestina berarti melepaskan beban kita sendiri kelak di akhirat.
---
4. Sejarah yang Menular: Dari Aljazair hingga Palestina
Lihatlah sejarah. Perlawanan Aljazair melawan kolonialisme Perancis menjadi amal jariyah bagi bangsa-bangsa Asia-Afrika: ia menularkan keberanian.
Gerakan anti-apartheid Afrika Selatan menjadi amal jariyah bagi dunia: ia mengajarkan arti melawan diskriminasi.
Kini, perlawanan Palestina menjadi amal jariyah global: ia membuka mata generasi muda dunia tentang arti keadilan.
Sejarawan Ilan Pappé, seorang Yahudi anti-Zionis, pernah menulis:
> “Palestina bukan hanya tanah, ia adalah simbol pertarungan abadi antara penindas dan yang tertindas.”
Artinya, siapa saja yang ikut membela Palestina sedang ikut menulis sejarah umat manusia.
---
5. Paradoks Kelemahan yang Menguatkan
Secara politik, kami lemah.
Secara militer, kami nyaris tanpa senjata.
Secara ekonomi, kami terblokade.
Tetapi justru di titik paling lemah inilah, kami menjadi cermin bagi dunia.
Kami menyingkap wajah asli Israel.
Kami mengguncang opini publik Barat.
Kami membangunkan umat Islam dari tidur panjangnya.
Mungkin inilah cara Allah mempercepat amal jariyah: melalui penderitaan yang mengguncang nurani dunia.
Allah berfirman:
> “Maka janganlah kamu merasa lemah dan jangan pula bersedih hati, sebab kamu paling tinggi derajatnya jika kamu beriman.”
— QS. Ali ‘Imran: 139
---
6. Amal Jariyah Lintas Agama
Kemerdekaan Palestina kelak akan dicatat bukan hanya sebagai amal umat Islam, tetapi juga amal bersama umat Kristen, Yahudi, Hindu, Buddha, bahkan mereka yang tidak beragama tetapi berdiri untuk keadilan.
Umat Kristen yang melindungi keluarga Muslim di Betlehem.
Yahudi Neturei Karta yang berbaris bersama Muslim menolak Zionisme.
Kaum sekuler yang menulis artikel panjang membela Gaza.
Mereka semua sedang menabung amal jariyah. Karena membela manusia tertindas adalah hukum universal yang diakui semua tradisi iman.
---
7. Amal Jariyah yang Mengalir ke Generasi
Bayangkan suatu hari Palestina merdeka. Anak-anak Gaza yang hari ini tidur di puing, esok menjadi dokter, insinyur, ulama, dan penulis.
Mereka akan berkata:
> “Aku bisa sekolah karena dulu seorang ibu di Indonesia menyumbang.”
“Aku bisa membaca karena dulu seorang profesor di Spanyol menolak normalisasi Israel.”
Itulah amal jariyah yang tidak berhenti. Ia mengalir bukan hanya di masjid atau sumur, tetapi di masa depan anak-anak yang merdeka.
---
8. Kesaksian Hadits: Thaifah Manshurah
Rasulullah ï·º bersabda:
> “Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang menegakkan kebenaran. Tidak akan membahayakan mereka orang-orang yang menentang mereka hingga datang keputusan Allah.”
— HR. Bukhari dan Muslim
Ulama banyak mengaitkan hadits ini dengan penduduk Syam — termasuk Palestina. Maka sesungguhnya, perjuangan Palestina sendiri adalah amal jariyah yang diwariskan Nabi kepada kita.
---
9. Amal Jariyah Politik Dunia
Bahkan negara-negara yang ikut menolong Palestina kelak akan mendapat amal jariyah sejarah.
Turki yang mengirim kapal kemanusiaan.
Afrika Selatan yang menggugat Israel di Mahkamah Internasional.
Malaysia, Indonesia, Bolivia, Irlandia, dan banyak lagi yang membuka suara di forum dunia.
Semua itu akan dicatat bukan hanya di arsip politik, tetapi di buku amal jariyah.
---
10. Penutup: Palestina, Amal yang Tak Pernah Padam
Saudara-saudara, kemerdekaan Palestina bukan sekadar proyek politik. Ia adalah amal jariyah kolektif seluruh umat manusia.
Setiap doa, setiap aksi, setiap tulisan, setiap boikot, adalah air yang mengalir di sungai amal jariyah. Dan ketika hari itu tiba — ketika Palestina merdeka — dunia akan tahu bahwa kemerdekaan itu bukan milik satu bangsa, tetapi warisan seluruh umat manusia.
Mungkin kita tidak akan menyaksikannya dengan mata, tetapi amal itu tetap hidup. Karena Allah tidak pernah menyia-nyiakan sekecil apapun amal kebaikan.
> “Barangsiapa berbuat kebaikan seberat zarrah pun, niscaya ia akan melihat (balasannya). Dan barangsiapa berbuat kejahatan seberat zarrah pun, niscaya ia akan melihat (balasannya).”
— QS. Az-Zalzalah: 7–8
Maka benar, kemerdekaan Palestina adalah amal jariyah semua bangsa dan semua agama. Sebuah amal yang akan terus hidup, bahkan setelah dunia ini lelah berputar.
---
Salam dari Gaza.
Kami mungkin lapar, tetapi hati kami penuh harapan.
Kami mungkin hancur, tetapi amal kalian sedang membangun kembali kami.
Dan kelak, ketika Palestina merdeka, pahala amal jariyah itu akan kembali kepada kalian — abadi, tak pernah putus.
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif