Sejarah Tak Bisa Diselewengkan
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
---
Mengapa jejak para nabi dan rasul tetap abadi? Mengapa kisah para sahabat dan ulama salaf terus menjadi rujukan sepanjang zaman? Ke mana perginya para penguasa, hartawan, dan selebritas yang dahulu dielu-elukan? Bukankah mereka adalah sosok dambaan pada zamannya? Mengapa tiba-tiba seperti ditelan bumi?
Ada hukum langit yang bekerja di balik catatan sejarah manusia. Ada seleksi spiritual yang tak terlihat, tetapi nyata. Sejarah bukan sekadar catatan waktu, melainkan cermin nilai dan cahaya kejujuran. Di sana, Allah SWT ikut menjaga, menyaring, dan membersihkan.
Allah Menjaga Sejarah Melalui Al-Qur’an
Al-Qur’an bukan hanya kitab suci, tapi juga kitab sejarah—sejarah yang dimurnikan. Di dalamnya, Allah luruskan kisah-kisah para nabi yang sebelumnya telah diselewengkan. Allah pulihkan kebenaran, hapuskan fitnah, dan jaga kemurnian nama-nama suci.
1. Kisah Nabi Nuh AS
> "Dikatakan (kepada Nuh): ‘Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dari Kami dan keberkahan atasmu dan atas umat-umat dari orang-orang yang bersama kamu...'"
(QS. Hud: 48)
Nuh dalam Al-Qur’an adalah hamba yang diberkahi, bukan sosok mabuk dan telanjang seperti dituduhkan dalam narasi Bibel. Allah jaga kehormatannya.
2. Kisah Nabi Ibrahim AS
> "Dan siapa yang benci kepada agama Ibrahim, kecuali orang yang memperbodoh dirinya sendiri? Sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya di akhirat dia benar-benar termasuk orang-orang yang saleh."
(QS. Al-Baqarah: 130)
Nabi Ibrahim adalah ikon tauhid, bukan penyembah berhala seperti dituduhkan dalam sebagian tradisi non-Islami. Al-Qur’an memurnikan kisahnya.
3. Kisah Nabi Musa AS
> "Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami anugerahkan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik."
(QS. Al-Qashash: 14)
Dalam narasi Qur’ani, Musa adalah pembela kebenaran, bukan pembunuh brutal. Kesalahannya dimaafkan, bukan disebarkan sebagai cela.
4. Kisah Nabi Daud AS
> "Maka Kami mengampuninya (Daud) atas kesalahannya itu; dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan yang dekat di sisi Kami dan tempat kembali yang baik."
(QS. Shad: 25)
Nabi Daud bukan pezina sebagaimana difitnah dalam teks lain. Al-Qur’an menyelamatkan marwahnya sebagai nabi yang bertaubat dan mulia.
5. Kisah Nabi Isa AS
> "...padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh) adalah orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka... Tetapi Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya."
(QS. An-Nisa: 157-158)
Al-Qur’an tegas: Nabi Isa tidak disalib. Ia diangkat oleh Allah. Ini adalah pemurnian dari kesalahpahaman yang telah diwariskan berabad-abad.
---
Sejarah Memiliki Hukum Tersendiri
Sejarah, meski sering dimanipulasi, memiliki mekanisme seleksi ilahiah. Yang tulus akan bertahan, yang palsu akan terhempas. Yang memberi manfaat akan dikenang, yang menyesatkan akan dilupakan.
> "Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu mengalir di lembah-lembah sesuai dengan kadar (kemampuannya), maka arus itu membawa buih yang mengapung... Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tak berguna; sedangkan yang bermanfaat bagi manusia, maka ia tetap tinggal di bumi."
(QS. Ar-Ra’d: 17)
Yang bermanfaat bertahan. Yang palsu akan lenyap.
---
Sejarah Adalah Cermin Ruhani
Fitrah manusia adalah alat seleksi sejarah yang paling jujur. Ia mengabadikan kebaikan dan membuang kehampaan. Sejarah bukan panggung bagi pelaku maksiat, tapi untuk mereka yang hidupnya membawa cahaya.
Allah menutupi aib hamba-Nya. Maka tidak semua keburukan perlu diabadikan. Tidak semua kezaliman patut diulang. Biarlah Allah yang menghisab. Sejarah tahu batas.
Yang menghidupkan ruh akan hidup selamanya. Yang hanya membanggakan materi akan dikubur bersama waktu. Karena sejarah adalah milik ketaatan, bukan kemegahan.
> “Wahai anak Adam, kerjakanlah seperti yang Kuperintahkan dan jauhilah apa yang Kularang. Niscaya Aku jadikan jejak hidupmu abadi. Aku adalah Zat Yang Maha Hidup, yang tidak akan pernah mati.”
(HR. Al-Ghazali dalam Al-Mawaizh fi Al-Hadits Al-Qudsiyyah)
---
Malaikat pun Penjaga Sejarah
Ada manusia yang namanya harum di bumi, tapi tidak dikenal di langit. Namun ada pula manusia yang tidak dikenal di dunia, tapi disebut-sebut oleh malaikat.
> “Apabila Allah mencintai seorang hamba, Dia memanggil Jibril dan berkata: ‘Sesungguhnya Aku mencintai si fulan, maka cintailah dia.’ Maka Jibril mencintainya. Kemudian Jibril menyeru kepada penduduk langit: ‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia.’ Maka penduduk langit pun mencintainya, lalu dijadikanlah orang itu diterima di bumi.”
(HR. Bukhari & Muslim)
Mereka adalah manusia langit. Mereka hidup dengan cinta Allah, dan cinta itu menjelma menjadi penerimaan di bumi. Inilah bukti sejarah dijaga bukan oleh pena dunia, tapi oleh cinta langit.
---
Mengapa Allah Menjaga Sejarah?
Para ulama menjawabnya dengan sudut pandang kontemplatif dan ideologis:
1. Sayyid Qutb
> “Sejarah para nabi dan umat terdahulu disampaikan Al-Qur’an bukan untuk dikenang, tapi untuk dijadikan pelajaran, agar umat ini tidak mengulangi kesalahan yang sama dan tetap berada di jalur tauhid.”
(Fi Zilalil Qur’an)
Sejarah dijaga agar umat tak tersesat. Ia adalah peta ruhani.
2. Hasan Al-Banna
> “Sejarah Islam adalah energi peradaban. Allah menjaganya agar umat yang tertidur dapat dibangunkan, dengan mengenal siapa mereka sebenarnya dan capaian agung yang pernah mereka raih.”
(Pendiri Ikhwanul Muslimin)
Sejarah adalah sumber izzah. Ia memanggil umat untuk bangkit.
3. Abu Hasan Ali an-Nadwi
> “Sejarah Islam adalah bagian dari cahaya Allah di muka bumi. Allah menjaganya agar dunia tidak tenggelam dalam kegelapan modern tanpa petunjuk.”
(Penulis Maadzaa Khasira al-‘Aalam)
Tanpa sejarah yang jujur, umat akan kehilangan cahaya.
---
Penutup: Sejarah Milik Ketaatan
Sejarah sejati bukan ditulis oleh pemenang, tapi oleh mereka yang dicintai langit. Mereka yang hidup dalam keikhlasan, yang setiap jejaknya adalah doa dan setiap langkahnya adalah amal.
Dalam sejarah, bukan nama besar yang abadi, tapi makna besar.
Yang dicintai Allah, akan disebut di langit. Yang disebut di langit, akan dikenang di bumi.
Dan mereka itulah—yang sejarahnya tetap jujur.
---
0 komentar: