basmalah Pictures, Images and Photos
Damai dan Penuh Toleransi: Sejarah Penyebaran Akidah Islam karya Thomas Walker Arnold - Our Islamic Story

Choose your Language

Damai dan Penuh Toleransi: Sejarah Penyebaran Akidah Islam karya Thomas Walker Arnold 1. Suara yang Tumbuh dari Kejujuran Pada p...

Damai dan Penuh Toleransi: Sejarah Penyebaran Akidah Islam karya Thomas Walker Arnold


Damai dan Penuh Toleransi: Sejarah Penyebaran Akidah Islam karya Thomas Walker Arnold


1. Suara yang Tumbuh dari Kejujuran

Pada penghujung abad ke-19, ketika Eropa masih menatap Islam dengan kecurigaan dan prasangka, muncul seorang sarjana yang memilih jalan sunyi: Thomas Walker Arnold.
Ia tidak berteriak, tidak berdebat dengan kebencian. Ia menulis dengan tenang, dengan bukti sejarah di tangannya, dengan hati seorang pencari kebenaran.

Arnold, seorang orientalis Inggris, menulis sesuatu yang pada zamannya dianggap berani: bahwa Islam tidak pernah disebarkan dengan pedang.
Ia menolak narasi kolonial yang selama berabad-abad menggambarkan umat Islam sebagai bangsa fanatik dan kejam. Ia menulis:

“Sejarah menjadi saksi bahwa Islam lebih banyak tersebar oleh teladan kaum beriman, bukan oleh kekuatan pedang.”

Buku itu, The Spread of Islam in the World, bukan sekadar penelitian akademik. Ia seperti seberkas cahaya kecil yang menembus kabut tebal kebencian dan propaganda.
Arnold tidak sedang membela Islam karena iman, melainkan karena kebenaran sejarah menuntut kejujuran.


---

2. Islam dan Nafas Kebebasan

Arnold memulai kisahnya dari sumber yang paling awal — masa Rasulullah ï·º sendiri.
Ia menulis tentang piagam Madinah, tentang kaum Yahudi dan Nasrani Najran yang hidup damai di bawah perlindungan Islam.
Tak ada paksaan, tak ada pedang yang mengancam di tengkuk.

“Tidak ada paksaan dalam agama.” (QS. Al-Baqarah: 256)

Ayat ini, kata Arnold, bukan teori kosong. Ia hidup dalam sejarah.
Di Madinah, rumah-rumah ibadah Yahudi berdiri, pendeta dan rahib tetap memimpin umatnya, dan Rasulullah ï·º bahkan menerima delegasi Kristen Najran di masjid beliau.

Arnold menulis dengan kagum bahwa pada masa-masa awal Islam, justru banyak pendeta yang melihat bangsa Arab sebagai alat Tuhan untuk membebaskan mereka dari tirani Romawi.
Ia mengutip surat Michael the Elder, Patriark Gereja Yakobus di Antakia pada abad ke-12, yang menulis kepada para uskupnya:

“Sebelumnya kita dalam tekanan dan penindasan Heraklius, kini Allah mengirimkan bangsa Arab, keturunan Ismail, untuk menyelamatkan kita dari cengkeraman Romawi yang tiran.”

Arnold berhenti lama di kalimat itu. Ia menulisnya bukan sebagai pembelaan, tapi sebagai pengakuan dari sejarah gereja sendiri — bahwa Islam datang bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk membebaskan manusia dari penindasan spiritual dan politik.


---

3. Pedang Keadilan, Bukan Pemaksaan

Arnold menyebut pedang Islam sebagai “the sword of justice”.
Ia menjelaskan bahwa penaklukan Islam selalu diikuti dengan kebebasan beragama yang dijamin hukum.
Para penguasa Muslim tidak menghancurkan gereja atau kuil; mereka malah melindunginya.

Ia mengisahkan peristiwa di masa Khalifah al-Mu‘tasim Billah (883 M).
Seorang imam dan muazin di sebuah kota dihukum cambuk karena menghasut masyarakat agar menghancurkan tempat pemujaan Majusi untuk diambil batunya sebagai bahan bangunan masjid.
Sang khalifah murka. Ia berkata, “Masjid tidak akan tegak di atas kezaliman.”
Peristiwa ini, bagi Arnold, menjadi bukti moral Islam yang sulit dibantah bahkan oleh hati paling dingin sekalipun.

Arnold juga menulis tentang Umar bin Abdul Aziz, khalifah yang memerintah dengan keadilan sejati.
Di masanya, banyak pemimpin di India memeluk Islam bukan karena ditaklukkan, tetapi karena terpesona oleh akhlak Islam.
Umar melarang umat Islam memaksa siapa pun masuk Islam, bahkan mengembalikan jizyah kepada penduduk non-Muslim yang miskin.


---

4. Afrika dan Timur Tengah: Islam sebagai Keadilan Sosial

Arnold menelusuri jejak Islam di Mesir, Suriah, dan Afrika Utara.
Ia mencatat bahwa rakyat Koptik di Mesir justru bersyukur ketika kekuasaan Bizantium tumbang.
Para penguasa Kristen sebelumnya telah memeras mereka, menindas atas nama iman.
Sementara penguasa Muslim datang membawa sistem jizyah yang ringan, perlindungan hukum, dan kebebasan ibadah.

Di Afrika Utara, suku-suku Berber menyambut Islam seperti orang menemukan rumah.
Arnold menulis, “Islam datang tanpa mematahkan pedang, ia masuk lewat hati.”
Kaum Berber, yang dulu tersingkir oleh struktur feodal, menemukan dalam Islam kesetaraan sosial dan spiritual.

Di Afrika Barat dan Timur, Islam menjelma menjadi kekuatan peradaban.
Ia membawa huruf Arab, madrasah, hukum, dan etika perdagangan.
Para pedagang Muslim mengajarkan kejujuran dalam jual beli, dan dari tangan merekalah lahir kota-kota ilmu seperti Timbuktu, Fez, dan Zanzibar.

“Islam di Afrika adalah cahaya yang menyinari kegelapan perbudakan dan ketidaktahuan,” tulis Arnold.


---

5. India: Dari Kasta Menuju Kesetaraan

Bagian paling panjang dan mendalam dalam buku Arnold adalah tentang India.
Ia menulis bukan hanya sebagai peneliti, tetapi sebagai saksi; sebab Arnold sendiri pernah mengajar di Aligarh Muslim College.

Ia melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Islam tidak menyebar lewat pedang sultan, melainkan lewat cinta para sufi:
Khwaja Moinuddin Chishti di Ajmer, Nizamuddin Auliya di Delhi, Bahauddin Zakariya di Multan.

Arnold menulis dengan lirih:

“Islam menawarkan kesetaraan spiritual bagi mereka yang berabad-abad hidup dalam kasta dan diskriminasi.”

Kaum miskin, buruh, dan kasta rendah menemukan dalam Islam pintu pembebasan.
Mereka tidak lagi ditanya keturunan atau kasta, tapi ditanya iman dan amal.
Dakwah para sufi yang penuh kasih menjadi oase bagi jiwa yang haus keadilan.

Arnold juga menunjukkan bagaimana para penguasa Muslim di India tidak memaksa.
Di masa Umar bin Abdul Aziz, umat Hindu bebas membangun dan merenovasi kuil-kuil mereka.
Bahkan pemerintah Islam menyediakan distrik khusus untuk pemeluk agama lain, dengan hak yang sama di bawah hukum negara.


---

6. Nusantara: Islam yang Berlayar di Atas Angin Damai

Di bagian tentang Asia Tenggara, Arnold menulis dengan kekaguman yang nyaris puitis.
Ia menyebut penyebaran Islam di Kepulauan Melayu sebagai “the purest example of peaceful propagation” — contoh paling murni dari dakwah damai.

Islam datang bukan dengan bala tentara, tetapi dengan kapal dagang dan senyum para sufi.
Para pedagang dari Gujarat, Arab, dan Persia singgah di pelabuhan-pelabuhan seperti Pasai, Malaka, Gresik, dan Ternate, membawa dua muatan: rempah dan akhlak.

Mereka berdagang dengan jujur, menepati janji, menolong yang miskin, dan menikah dengan penduduk lokal.
Dari rumah mereka lahir generasi baru — Muslim Melayu, Muslim Jawa, Muslim Bugis — yang kemudian menjadi raja, ulama, dan dai.

Arnold menulis:

“Islam di Kepulauan Melayu berkembang bukan karena pedang, melainkan karena kejujuran, kesetaraan, dan integritas moral para penyebarnya.”

Kerajaan Samudera Pasai, Malaka, dan Demak menjadi pusat cahaya Islam tanpa perang besar.
Islam tumbuh seperti air yang menyusup ke tanah, pelan tapi menghidupkan.
Dan ketika air itu mengalir, tanah Nusantara pun hijau dengan iman.


---

7. Eropa: Warisan Andalusia dan Cahaya di Balkan

Arnold menutup peta dakwah Islamnya dengan kisah Eropa.
Ia menulis panjang tentang Andalusia, tempat Islam bertahan selama 800 tahun.
Bagi Arnold, peradaban Andalusia adalah bukti hidup toleransi Islam — ilmu, seni, dan kebebasan berpadu.

Tak ada catatan bahwa gereja-gereja dihancurkan.
Bahkan banyak rahib Kristen menjadi ilmuwan di universitas-universitas Islam di Cordoba dan Granada.
Namun sebaliknya, ketika Raja Ferdinand dan Ratu Isabella menaklukkan kembali Spanyol, mereka menghapus Islam dan Yahudi dari tanah itu dengan darah.

Arnold menulis dengan getir:

 “Tidak pernah terdengar ada rencana Muslim untuk melenyapkan agama lain sebagaimana yang dilakukan Spanyol terhadap Islam dan Perancis terhadap Protestan.”

Ia mengingat bagaimana Raja Louis XIV di Perancis memusnahkan Kristen Protestan, dan bagaimana umat Islam di Spanyol malah melindungi minoritas Yahudi dan Kristen.
Kontras ini membuat Arnold mengakui: pedang Islam bukan pedang pemaksa, melainkan pedang keadilan.

Di Balkan — Albania, Bosnia, Kosovo — Islam datang lewat keadilan sosial.
Banyak kaum petani Kristen yang masuk Islam karena ingin bebas dari pajak berat dan tirani bangsawan gereja.
Mereka menemukan dalam Islam bukan sekadar agama, tapi tatanan hidup yang adil dan rasional.


---

8. Kesaksian dari Dunia Kristen Sendiri

Arnold memperkuat temuannya dengan sumber-sumber dari pihak Kristen.
Ia mengutip surat Ishop Yaph III kepada Uskup Simeon, pemimpin tertinggi keuskupan Persia, yang menulis bahwa banyak umat Kristen di Khurasan masuk Islam tanpa tekanan — karena melihat akhlak dan keadilan kaum Muslimin.

Bahkan pada tahun 1224 M, ketika kaum Muslimin membebaskan kembali Baitul Maqdis dari pasukan Salib, komunitas Kristen setempat menyambut mereka dengan sukacita.
Arnold menulis bahwa penduduk lokal — yang selama bertahun-tahun hidup di bawah pajak perang tentara Salib — menyambut kedatangan pasukan Islam seperti saudara yang pulang membawa kedamaian.

Kisah-kisah ini, bagi Arnold, bukan anekdot. Ia adalah data moral sejarah — bukti bahwa Islam menyebar karena cahaya kebenaran, bukan karena bayang-bayang pedang.


---

9. Kritik terhadap Barat: Luka dari Kesalahpahaman

Arnold menegur halus para orientalis sezamannya — William Muir, Samuel Zwemer, dan kawan-kawan — yang menggambarkan Islam sebagai agama kekerasan.
Ia menulis bahwa jika tuduhan itu benar, “tidak mungkin di Timur Tengah masih berdiri ribuan gereja dan sinagoga hingga hari ini.”

Bagi Arnold, keberadaan umat Kristen Koptik, Yahudi, Hindu, dan Buddha di dunia Islam adalah argumen paling nyata melawan propaganda Eropa.
Ia bahkan mencatat bagaimana kaum Kristen di dunia Islam justru berkembang, mendirikan sekolah dan rumah sakit, sesuatu yang mustahil terjadi di Eropa abad pertengahan terhadap umat Islam.


---

10. Akhlak: Jalan Sejati Dakwah

Pada akhirnya, Arnold sampai pada simpulan paling penting:
Islam tidak menang karena argumen, apalagi karena perang.
Islam menang karena akhlak.

 “The simplicity of Islamic faith and the upright conduct of its followers made it spread like light.”
(Kesederhanaan iman Islam dan ketulusan akhlak pemeluknya membuatnya menyebar seperti cahaya.)

Arnold menulis tentang kejujuran dalam berdagang, keadilan dalam pemerintahan, disiplin dalam ibadah, dan kedermawanan sosial sebagai kekuatan yang tak bisa dikalahkan oleh retorika Eropa.
Bagi Arnold, Islam adalah agama yang hidup di wajah orang-orangnya — di pasar, di masjid, di pelabuhan, di hati mereka yang sabar dan jujur.


---

11. Cahaya Itu Masih Menyala

Buku Arnold berakhir, tapi pesannya melintasi zaman.
Ia menjadi rujukan bagi para pembaharu Muslim abad ke-20: Muhammad Iqbal, Sayyid Amir Ali, Hamka — semuanya mengutipnya untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Islam bukan ancaman, melainkan harapan.

Arnold menulis bukan untuk mengislamkan dunia, tetapi untuk menginsafkan hati manusia bahwa kebenaran tak selalu datang dari kekuatan, melainkan dari ketulusan.

Di penghujung bukunya, ia menulis kalimat yang kini abadi:

“History bears witness that Islam was spread more by the example of the faithful than by the power of the sword.”

Dan kita, di abad modern ini, masih bisa melihat saksinya:
Di Afrika yang bangkit, di Asia yang damai, di Eropa yang kembali menatap Timur, di setiap hati yang tersentuh keindahan Al-Qur’an — yang bahkan bagi sebagian Kristen, tetap terdengar sebagai nyanyian surgawi dalam bahasa yang mereka tak mengerti, tetapi jiwanya mereka pahami.


---

12. Penutup Reflektif: Dakwah yang Tak Pernah Padam

Mungkin inilah inti pesan Arnold yang paling dalam:
Islam menyebar bukan karena ingin menguasai, tetapi karena ingin menghidupkan.

Ia menyebar seperti cahaya yang tenang — tidak meledak, tapi menembus perlahan setiap ruang yang haus kebenaran.
Dari padang pasir Arab hingga lembah Gangga, dari pesisir Zanzibar hingga pelabuhan Malaka, dari masjid Andalusia hingga menara Bosnia — cahaya itu tetap sama.

Cahaya itu adalah akhlak.

Dan mungkin, di tengah dunia modern yang kembali dipenuhi kebencian, buku Arnold bukan sekadar karya sejarah, tapi seruan nurani:
Bahwa Islam yang sejati tidak menaklukkan tanah, melainkan hati.
Tidak memerintah dengan pedang, tapi dengan keadilan.
Tidak menakuti, tapi menginspirasi.


---

 Thomas Walker Arnold menulis sejarah, tetapi ia sebenarnya sedang menulis tentang masa depan — tentang dunia yang suatu hari akan sadar bahwa kekuatan sejati agama bukan terletak pada jumlah tentaranya, melainkan pada keindahan akhlaknya.

0 komentar:

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Baqarah (1) Al-Qur'an (360) Al-Qur’an (4) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) cerpen Nabi (8) cerpen Nabi Musa (2) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fiqh (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) kecerdasan (2) Kecerdasan (263) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Hadist (4) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) kisah para nabi dan (2) kisah para nabi dan rasul (1) Kisah para nabi dan rasul (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (577) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) Kisah Penguasa (1) Kisah ulama (1) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (71) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (29) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (15) Namrudz (2) Nasrulloh Baksolahar (1) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) nusantara (3) Nusantara (249) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (558) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (493) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (258) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (243) Sirah Sahabat (156) Sirah Tabiin (43) Sirah ulama (13) Sirah Ulama (157) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)