Malaikat Pun Berkisah Tentang Abu Bakar
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
---
1. Ketika Langit Menyebut Namanya
Andai ada penduduk bumi yang menjadi perbincangan di langit, maka Abu Bakar adalah salah satunya. Ia bukan hanya disebut oleh manusia karena jasanya, tetapi juga oleh para malaikat karena keyakinannya. Namanya harum di langit sebelum diagungkan di bumi.
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah ﷺ diliputi keresahan setelah peristiwa Isra dan Mi'raj. Betapa luar biasa pengalaman itu, namun beliau tahu bahwa kisah semacam itu akan sulit dipercaya oleh kaumnya. Rasulullah ﷺ bertanya-tanya: siapa yang akan mempercayai cerita ini?
Jibril datang menenangkannya:
> "Abu Bakar percaya kepada apa yang engkau ceritakan. Dia adalah Ash-Shiddiq."
Keyakinan Abu Bakar adalah cahaya. Kepercayaannya adalah pondasi yang tak tergoyahkan. Ia percaya, bahkan sebelum mata bisa menyaksikan. Ia menerima, bahkan ketika logika manusia meragukan.
Ali bin Abi Thalib, sepupu sekaligus menantu Rasulullah ﷺ, pun pernah bersaksi dari atas mimbar:
> "Sesungguhnya Allah menamakan Abu Bakar dengan sebutan Ash-Shiddiq melalui lisan Nabi-Nya."
---
2. Bersamanya dalam Kritisnya Sejarah
Nama Abu Bakar selalu hadir di titik-titik paling kritis dalam sejarah dakwah Rasulullah ﷺ. Dalam malam hijrah, ketika nyawa Rasulullah ﷺ terancam, ia lah yang menyertai di dalam gua. Ia menangis bukan karena takut akan dirinya, tetapi karena khawatir jika musuh menemui Rasulullah ﷺ.
> "Jika salah seorang dari mereka melihat ke arah kakinya, niscaya mereka akan melihat kita," kata Abu Bakar.
Dan Rasulullah ﷺ menenangkannya:
> "Wahai Abu Bakar, apa pendapatmu tentang dua orang, yang Allah adalah yang ketiga di antara mereka?"
(QS At-Taubah: 40)
Dalam Perang Badar, ketika pasukan kaum Muslimin sangat sedikit, para malaikat membicarakan Abu Bakar:
> "Tidakkah kalian melihat Ash-Shiddiq bersama Rasulullah ﷺ di bangsal tempat berteduh?"
Abu Bakar tak hanya berdiri, tetapi memayungi doa dan harapan Rasulullah ﷺ. Ia bukan pelengkap sejarah, ia porosnya.
---
3. Pengorbanan yang Tak Tertandingi
Pada suatu hari, Ibnu Umar menyaksikan Abu Bakar datang kepada Rasulullah ﷺ dengan pakaian yang lusuh dan berlubang. Hanya sehelai jubah sederhana yang menutupi tubuhnya.
Jibril turun, bertanya kepada Rasulullah ﷺ:
> "Wahai Muhammad, mengapa aku melihat Abu Bakar memakai jubah yang berlubang di bagian dadanya?"
Rasulullah ﷺ menjawab:
> "Dia telah menginfakkan seluruh hartanya untukku, sebelum penaklukan kota Makkah."
Jibril menyampaikan pesan langit:
> "Katakan padanya: Apakah kau rela dengan kefakiranmu, ataukah tidak menyukainya?"
Abu Bakar menjawab penuh keyakinan:
> "Apakah saya tidak rela terhadap Tuhanku? Saya rela."
---
4. Saat Dunia Guncang, Ia Tegak
Ketika Rasulullah ﷺ wafat, dunia para sahabat seolah runtuh. Umar bin Khattab bahkan mengancam siapa saja yang mengatakan Rasulullah ﷺ telah meninggal. Saat itu, Abu Bakar berdiri, naik ke mimbar dan berkata:
> "Barang siapa yang menyembah Muhammad, maka Muhammad telah wafat. Dan barang siapa yang menyembah Allah, maka Allah Maha Hidup dan tidak akan mati."
Lalu ia membacakan ayat:
> "Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?"
(QS Ali Imran: 144)
Kekokohan Abu Bakar bukan hanya menyelamatkan umat dari kejatuhan emosional, tetapi menegakkan kembali misi risalah.
---
5. Keputusan-keputusan Besar Seorang Sahabat
Setelah Rasulullah ﷺ wafat, Abu Bakar dihadapkan pada ujian demi ujian. Banyak kabilah yang murtad, enggan membayar zakat, dan muncul gelombang pembangkangan dari dalam umat.
Abu Bakar berkata tegas:
> "Demi Allah, andai mereka menolak membayar tali unta yang dahulu mereka bayarkan kepada Rasulullah ﷺ, niscaya aku akan memerangi mereka."
Para sahabat sempat ragu. Tapi Umar bin Khattab pun akhirnya berkata:
> "Demi Allah, setelah Allah lapangkan dada Abu Bakar, aku pun tahu bahwa ia benar."
Ia juga mengirim pasukan Usamah bin Zaid, sebagaimana perintah terakhir Rasulullah ﷺ. Meski banyak yang menyarankan untuk menundanya karena gentingnya kondisi, Abu Bakar tetap melaksanakannya:
> "Tidak mungkin aku membatalkan keputusan Rasulullah ﷺ."
---
6. Malaikat Bicara Tentangnya
Suatu ketika, Rasulullah ﷺ bertanya kepada Jibril tentang keutamaan Umar bin Khattab. Jibril menjawab:
> "Seandainya aku menyebut keutamaannya sepanjang umur Nabi Nuh, tidak akan habis keutamaan itu dibicarakan. Dan sesungguhnya, Umar hanyalah satu dari sekian banyak kebaikan Abu Bakar."
Ketika Abu Bakar membaca ayat:
> "Yā ayyatuha an-nafs al-muṭma’innah..."
(QS Al-Fajr: 27)
Ia berkata:
> "Wahai Rasulullah, ini ayat yang sangat indah."
Rasulullah ﷺ menjawab:
> "Ketahuilah wahai Abu Bakar, kelak malaikat akan mengucapkan ayat ini saat menjelang kematianmu."
Dan saat ajal menjemput, ruhnya dipanggil dengan kelembutan langit:
> "Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai."
---
7. Dua Wazir dari Langit dan Bumi
Di akhir hayat Rasulullah ﷺ bersabda:
> "Tidaklah seorang nabi pun melainkan memiliki dua wazir—satu di langit, dan satu di bumi. Wazirku di langit adalah Jibril dan Mikail. Wazirku di bumi adalah Abu Bakar dan Umar."
Mereka adalah penopang, kekuatan, dan saksi dalam perjalanan risalah.
---
8. Abu Bakar: Di Antara Langit dan Bumi
Abu Bakar bukan hanya dicintai penduduk bumi, tapi juga dimuliakan oleh para penghuni langit. Namanya disebut oleh malaikat bukan karena pangkat, bukan karena keturunan, bukan pula karena kekuatan.
Tetapi karena keimanan yang jernih, keyakinan yang utuh, pengorbanan yang total, dan kesetiaan yang tanpa batas.
Ia adalah Ash-Shiddiq. Peneguh ketika yang lain ragu. Penyejuk ketika yang lain gelisah. Penyangga risalah saat dunia berguncang.
Dan langit pun bercerita tentangnya.
---
Wallahu a'lam.
0 komentar: