Agresi Terhadap Bayi Gaza
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Apakah engkau bisa tidur nyenyak malam ini, wahai dunia, ketika bayi-bayi di Gaza menangis hingga suara mereka lenyap dalam dingin, lapar, dan luka?
Hari ini kita menyaksikan pembunuhan terhadap bayi-bayi secara sistematis. Ini bukan ulah sekelompok kriminal jalanan. Ini dilakukan oleh sebuah negara. Negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. Negara yang disebut-sebut bagian dari tatanan internasional.
Lalu kita bertanya:
Mengapa lembaga yang mengklaim mewakili peradaban, memiliki anggota yang bertindak begitu biadab?
---
Pembantaian ini bukanlah insiden. Ia adalah kebijakan. Sebuah strategi negara. Penjajah Israel merancangnya dengan sadar dan dingin.
Pada 2 Maret 2025, secara resmi mereka menghentikan seluruh aliran bantuan ke Gaza—makanan, air, bahan bakar, bahkan listrik.
Langkah ini bukan karena krisis logistik. Tapi bagian dari tekanan politik, untuk menundukkan rakyat Gaza dalam negosiasi yang timpang. Bayi dijadikan sandera. Air susu mereka dijadikan kartu tawar-menawar.
UNICEF telah memperingatkan: bayi-bayi meninggal karena hipotermia. Karena tidak ada selimut, tidak ada pakaian hangat, tidak ada obat. Tapi suara lembaga internasional hanyalah angin lalu bagi penjajah. Mereka tetap menutup pintu-pintu kemanusiaan.
Bahkan kapal-kapal yang mencoba menembus blokade, satu per satu disergap. Bukan oleh bajak laut, tapi oleh militer negara yang mengklaim diri demokratis.
---
Serangan Drone di Perairan Internasional (Mei 2025)
Kapal bantuan “The Conscience” diserang oleh drone ketika berada di dekat perairan Malta. Kapal ini tak membawa senjata, hanya bantuan dan para aktivis. Tapi itu cukup bagi Israel untuk mematikannya di tengah laut.
Penangkapan Kapal “Madleen” (Juni 2025)
Pada 9 Juni 2025, kapal Madleen dicegat. Muatannya: makanan bayi, obat-obatan, dan suara nurani. Salah satu penumpangnya bahkan aktivis dunia Greta Thunberg. Tapi siapa pun penumpangnya, semua dianggap musuh bila menolong Gaza.
Penyergapan “Handala” (Juli 2025)
Kapal Handala disergap 64 km dari Gaza. Serangan berlangsung brutal. Kamera transmisi diputus, dan dunia dibungkam. Apa yang mereka sembunyikan?
---
Lalu kita bertanya kembali:
Mengapa dunia diam? Mengapa Israel bisa melakukan semuanya?
Karena mereka memiliki kekuasaan seperti Fir‘aun di Mesir. Karena mereka menindas seperti kaum kafir Quraisy di Mekah. Karena mereka meyakini ideologi ekstrem seperti penguasa zalim di Yaman.
“Sesungguhnya Fir‘aun telah berlaku sewenang-wenang di muka bumi. Dia menjadikan penduduknya berpecah-belah, menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sungguh, dia termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.”
(Al-Qashash: 4)
Fir‘aun membunuh demi kekuasaan.
Kaum Quraisy mengubur bayi demi kehormatan suku.
Penguasa di Yaman membakar orang-orang beriman karena perbedaan keyakinan.
Lalu apa alasan penjajah Israel?
Semua.
Kekuasaan.
Hina dan dendam.
Ideologi.
Zionisme menganggap bangsa lain rendah. Mereka ingin dunia tunduk atau binasa. Gaza adalah perlawanan terhadap itu semua—maka harus dimusnahkan. Anak-anak dibunuh karena mereka adalah harapan masa depan. Karena dalam tangisan mereka, ada gema keberanian yang ditakuti penjajah.
---
"Dan apabila bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya: karena dosa apakah dia dibunuh?"
(At-Takwir: 8–9)
"...Dan mereka menyiksa orang-orang beriman hanya karena mereka beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji."
(Al-Buruj: 8)
Mereka membunuh karena iman. Karena keberanian. Karena Gaza tak tunduk. Karena bayi-bayi itu bisa tumbuh menjadi batu karang yang tak bisa dikalahkan.
Dan dunia...
Dunia memilih menjadi penonton yang baik. Duduk di kursi empuk diplomasi, menyaksikan bayi-bayi Gaza dikubur dalam reruntuhan.
---
Namun sejarah selalu berpihak pada yang tertindas. Seperti Fir‘aun yang tenggelam. Seperti Quraisy yang kalah. Seperti penguasa Yaman yang dibinasakan. Maka bersabarlah, wahai Gaza, karena darah bayi-bayi itu tak akan sia-sia.
Dunia boleh membungkam suara.
Tapi langit tak akan membungkam doa.
Dan langit—selalu berpihak pada yang tertindas.
---
“Kejahatan bisa menang dalam satu babak. Tapi kebenaran menulis akhir kisah.”
0 komentar: