basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Tidak Terobsesi Kaya dan Berkuasa, Tetapi Meraihnya Tanpa Disadarinya Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Apakah Al-Qur’an pernah mengab...

Tidak Terobsesi Kaya dan Berkuasa, Tetapi Meraihnya Tanpa Disadarinya

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 

Apakah Al-Qur’an pernah mengabadikan Yusuf dan  Daud yang terobsesi menjadi pejabat dan raja? Pernah mereka berdoa untuk mendapatkannya? Namun mengapa kekuasaan dan kekayaan bersamanya?

Nabi Sulaiman memang berdoa agar kekuasaannya tidak ada yang bisa melampauinya. Namun didahului dengan permohonan ampun kepada Allah SWT. Mohon ampunan menjadi wasilah kekuasaannya yang kokoh.

Apakah layak meminta kekayaan dan kekuasaan? Apakah kekayaan dan kekuasaan milik mereka yang terobsesi dan berdoa kepadanya? Mengapa para khalifahatur Rasyidin tidak menginginkan semuanya, namun mereka mendapatkannya?

Sehat tapi tak terobsesi menjadi sehat? Sebab dengan rutinitas keseharian mengikuti sunah Rasulullah saw, otomatis akan sehat dengan sendirinya. Mengejar syafaat Rasulullah saw dari aktivitas harian, maka akan dilimpahkan kesehatan. Namun, mengapa mengejar kesehatan, bukan syafaat Rasulullah saw?

Kaya tetapi tanpa obsesi kaya. Apa dasar pengelolaan kekayaan? Apa dasar menambah kekayaan? Bukankah mengelola hawa nafsu berarti benar mengelola kekayaan?  Bukankah berzuhud dan wara menciptakan modal investasi? 

Bukankah jujur, amanah dan selalu ingin berbuat kebaikan akan menumbuhkan kepercayaan dalam berbisnis dari konsumen dan mitra kerja? Bukankah ini akan meluaskan skala bisnis? Mengapa tidak teguh pada pengelolaan hawa nafsu, jujur, amanah dan selalu berbuat kebaikan? Tetapi justru bersaing pada merebut kekayaannya.

Amar maruf dan nahi munkar, bukankah ini dasar kekuasaan? Menegakkan keadilan, bukankah ini tujuan dari kekuasaan? Bila konsisten dengan sikap ini, maka banyak yang berbondong-bondong memberikan kekuasaan pada yang teguh pada komitmen ini. Mengapa tidak teguh pada Amar Maruf, nahi munkar dan keadilannya? Justru terperosok pada perebutan kekuasaannya?

Muhammad Al-Fatih merebut Konstantinopel bukan untuk obsesi dirinya, tetapi untuk mewujudkan dan mengaplikasikan hadist Rasulullah saw? Meraih syafaat, lalu Allah SWT menganugerahkan kemenangan.

Jenius pada Diri Sendiri Oleh: Nasrulloh Baksolahar Apakah jenius itu harus bergelar profesor? Menjabat Menteri dan Direktur? Di...

Jenius pada Diri Sendiri

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Apakah jenius itu harus bergelar profesor? Menjabat Menteri dan Direktur? Dihormati sebagai kiyai? Populer dan menjadi referensi dan kutipan di tulisan dan karya ilmiah? Menulis banyak buku?

Jenius pada diri bila serius menunaikan  hak Allah SWT dan manusia. Mampu mengelola dan  mengisi waktu sesuai sekala prioritasnya. Hatinya selalu bertafakur. Lisannya berdzikir. Mata dan pendengaran terjaga.

Jenius pada diri sendiri berarti ridha terhadap takdir. Menjalani hidup sesuai kehendak-Nya, bukan keinginan dirinya. Melihat, mendengar, berbicara, menggerakkan seluruh anggota tubuhnya sesuai bimbingan-Nya.

Jenius pada diri sendiri, berarti menikmati apapun yang ada dan peristiwanya. Yang dialami lebih baik dari apa yang diangankan. Yang diraih lebih berharga dari yang diharapkan.

Jenius pada diri sendiri berarti terus berkarya, apa pun hasilnya.  Terus melangkah apapun cemoohannya. Terus bersemangat, biarpun tak dihargai. Karena, yang diharapkan hanya wajah Allah SWT.

Jenius pada diri sendiri, berarti terus menghidupkan harapan. Melihat cahaya di tengah kegelapan. Melihat kesempatan di tengah kesempitan. Merasakan keyakinan di tengah ketidakberdayaan.

Apa modal kejeniusan diri? Hanya aqidah. Hanya "Tidak Ada Tuhan Selain Allah". Hanya hati yang terus tersambung kepada Allah. Hanya Allah yang bersemayam di singgasana hatinya. Hanya itu saja sumbernya. 



Mengendalikan Lalulintas Hati Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Al-Qur'an surah Al-Mulk ayat 13 وَاَسِرُّوْا قَوْلَكُمْ اَوِ اجْهَ...

Mengendalikan Lalulintas Hati

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Al-Qur'an surah Al-Mulk ayat 13

وَاَسِرُّوْا قَوْلَكُمْ اَوِ اجْهَرُوْا بِهٖۗ اِنَّهٗ عَلِيْمٌ ۢبِذَاتِ الصُّدُوْرِ
"Rahasiakanlah perkataanmu atau nyatakanlah. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati."

Menurut riwayat Ibnu ‘Abbās, ia berkata, “Pada suatu ketika orang-orang musyrikin mempergunjingkan Nabi Muhammad dan menjelek-jelekkannya, maka Allah menurunkan kepada beliau semua yang dibicarakan mereka itu.

Lalu sebahagian mereka berkata kepada sebagian yang lain, “Rendahkanlah suaramu agar kata-katamu tidak didengar oleh Tuhan Muhammad.” Maka turunlah ayat ini yang antara lain menjelaskan bahwa tidak ada suatu apa pun yang luput dari pengetahuan Allah.

Pada ayat ini, Allah kembali menjelaskan bahwa Dia mengetahui segala yang dirahasiakan dan segala yang dilahirkan oleh hamba-hamba-Nya, baik berupa perkataan, perbuatan, dan segala yang dirasakan oleh hati dan panca indera.

Semuanya itu tidak luput sedikit pun dari pengetahuan Allah, karena Dia Maha Mengetahui segala isi hati.

Mengapa gemar bergunjing? Mengapa terjadi pertempuran kata yang sia-sia dalam obrolan  di dunia nyata dan media sosial? Karena tak bisa mengelola lintasan-lintasan hati. Lintasan hati yang buruk sebanyak bisikan syetan yang berkecamuk. 

Lintasan hati lebih sibuk dari kendaraan yang melintas di pusat perkantoran Jakarta yang sibuk. Lebih ruwet dari kendaraan yang melintas saat musim mudik lebaran. Kemunculannya tak bisa diduga dan tak terhingga. Mulut bisa  diam, namun  bisikan hatinya tak pernah berhenti.

Bagaimana mengendalikan lalulintas hati? Sibukan hati dengan mengingat Allah SWT. Karakter hati yang terus berkecamuk diarahkan untuk kesibukan bersama Allah SWT. 

Alangkah malunya, saat Allah SWT mengetahui bahwa di hati kita ada yang lain selain-Nya. Bukankah Allah SWT Maha cemburu? Bukankah Allah Maha mendengar bisikan hati kita?

Awal Perjalanan Hamba Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Apa yang pertama dibahas dalam kitab kumpulan hadist yang membahas ilmu fiqh? ...

Awal Perjalanan Hamba

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 

Apa yang pertama dibahas dalam kitab kumpulan hadist yang membahas ilmu fiqh? Apa yang pertama dibahas dalam kitab Riyadhus Shalihin dan Arbain Nawawiah serta Ihya Ulumuddin? Itulah yang paling awal diperbaiki.

Manusia terdiri dari raga, hati dan akal? Bagaimana langkah awal memperbaiki raga, hati dan akal? Bukanlah kitab-kitab di bab awal dalam ilmu fiqh dan tasawuf.

Apa puncak dari kenikmatan raga? Kesehatan. Bagaimana mengawali kesehatan? Bersucilah. Bersuci mengawali kesehatan tubuh sebagai penopang utama beribadah.

Apa puncak dari kenikmatan hati? Mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya. Bagaimana mengawali cinta? Membersihkan hati agar ikhlas. Orientasinya hanya Allah SWT.

Apa puncak kenikmatan akal? Paham terhadap yang haq dan batil. Paham benar dan salah. Paham yang makruf dan munkar. Bagaimana mengawalinya? Hanya dengan ilmu.

Awal yang baik membentuk akhir yang baik. Muhammad Ahmad Rasyid mengatakan keteguhan seseorang pada dakwah dan jihad tergantung dari benarnya langkah pada saat mengawali tarbiyah dan riyadhah.

Terus memperbaiki yang awal untuk memperbaiki yang akhir. Apa yang diraih bila awalnya benar? Mari membuka hadist Arbain An Nawawiah yang terakhir:

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman, ‘Hai anak Adam, sesungguhnya selagi engkau berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku, Aku ampuni dosa yang ada padamu dan aku tidak peduli. Hai anak Adam, seandainya dosa-dosamu setinggi langit (begitu banyak), kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, pasti Aku ampuni. Hai anak Adam, seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi, kemudian engkau menemui-Ku tanpa menyekutukan-Ku dengan apa pun, pasti Aku akan menemuimu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. Tirmidzi)

Apakah Jalan Kehidupan Itu Berliku-liku? Oleh: Nasrulloh Baksolahar Bagi mukmin, tidak ada jalan yang berliku. Yang ada, hanya j...

Apakah Jalan Kehidupan Itu Berliku-liku?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Bagi mukmin, tidak ada jalan yang berliku. Yang ada, hanya jalan yang lurus. Bagaimana jalan yang lurus itu? Jalannya para Nabi dan Rasul-Nya.

Jalan yang lurus adalah jalan yang selalu ada solusi dan kemudahan yang dihadirkan Allah. Bukan jalan yang tidak ada tantangannya. Bukan jalan yang tidak ada jerih payahnya. Bukankah bersama kesulitan ada kemudahan? Itulah jalan yang lurus. 

Jalan yang lurus itu mengambil solusinya dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Dari Al-Qur’an dan Sunnah. Dari aqidah dan syariatnya. Dari tauladan Nabi dan sahabatnya. Mengapa hanya jalan ini?

Karena hanya Allah SWT yang menentukan takdir. Hanya Allah SWT yang menentukan hukum-hukum yang berlaku. Hanya Allah yang menciptakan seluruh proses yang ada di kehidupan dan alam semesta ini.  Mencari selain Allah SWT, berarti  menapaki jalan yang hanya membuahkan kesesatan.

Jalan yang lurus itu amat mudah, karena hanya tinggal membuka buku panduan. Hanya tinggal mencontek dan menduplikasi. Tak harus cerdas. Tak harus bergelar tinggi. Tak harus berpengalaman dan memiliki cakrawala luas dengan melanglang buana. Jadi apa syaratnya?

Hanya butuh ketaatan dan ketundukan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Hanya butuh mengikuti. Hanya butuh menanggalkan ego diri. Hanya butuh berserah diri. Inilah kesulitan terbesar untuk meraih jalan yang lurus.

Apakah akal manusia bisa menemukan jalan yang lurus? Apakah keluasan ilmu, pemahaman dan pengalaman manusia bisa menciptakan jalan yang lurus? Apakah bila seluruh pemikiran dan ilmu dari manusia pertama dan terakhir dikumpulkan bisa membukukan panduan jalan yang lurus?

Tidak ada yang bisa, sebab yang bisa menunjuki jalan yang lurus hanya Allah SWT dan Rasul-Nya. Jalan yang lurus hanya hak preogratif Allah SWT dan Rasul-Nya.

Celakalah Manusia, Alangkah Kufurnya Dia! Oleh: Nasrulloh Baksolahar Hanya sedikit manusia yang tidak celaka. Hanya sedikit manu...

Celakalah Manusia, Alangkah Kufurnya Dia!

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Hanya sedikit manusia yang tidak celaka. Hanya sedikit manusia yang tidak kufur. Ingin buktinya? Apakah tidak merasakan bagian darinya?

Bukankah hati yang lalai mengingat Allah SWT adalah celaka? Bukankah yang tidak merasakan semuanya dari Allah SWT adalah kekufuran?

Perhatikan lalu lintas hati, akal dan perasaan. Perhatikan bisikan dan letupan hati. Dalam satu detik, siapakah yang muncul? Dalam satu detik, apa yang diingat?

Perhatikan apa yang dilihat. Apa yang membuat takjub dan mempesona? Apakah yang dilihat dirasakan sebagai takdir-takdir Allah SWT yang Mahasempurna? Apakah justru iri dan dengki, merasa takdir orang lain lebih baik?

Mengagumi sosok yang berkelimpahan harta dan jabatan dibandingkan dengan yang shaleh? Merasa rezeki shalat, membaca Al-Qur’an dan berdzikir lebih rendah daripada harta dan jabatan?

Apa yang kita dengar? Tidakkah merasakan bahwa bisa mendengar itu nikmat tertinggi? Bukankah ayat-ayat Al-Qur’an saat berbicara tentang nikmat pada manusia selalu dimulai dari nikmat bisa mendengar, lalu melihat?

Rasulullah saw selalu menangis agar dikelompokkan sebagai manusia yang bersyukur. Mengapa kita yang ibadah dan kiprah dakwahnya malas, tidak seperti Rasulullah saw merasa sudah bersyukur? Itulah mengapa kita termasuk yang celaka dan kufur. 

Suara Seniman Dunia Untuk Solidaritas Gaza Ketika Politik Bungkam, Budaya Bicara Ada masa ketika politik gagal menjalankan nuran...


Suara Seniman Dunia Untuk Solidaritas Gaza

Ketika Politik Bungkam, Budaya Bicara

Ada masa ketika politik gagal menjalankan nuraninya. Lidah para pemimpin negara kelu, sibuk bernegosiasi dengan kepentingan, sementara ribuan nyawa melayang. Di saat seperti itu, ada satu kekuatan yang sering kali bangkit dari ruang yang tak disangka: budaya. Seniman—musisi, aktor, penulis, pekerja film—berdiri di panggung dan berkata lantang: “Hentikan genosida.”

Itulah yang kini terjadi dalam tragedi Gaza. Saat pemerintah dunia terbelah antara diam, mendukung Israel, atau sekadar mengeluarkan pernyataan simbolis, para seniman justru bergerak. Mereka menyanyi, menulis, menandatangani surat terbuka, menggalang dana, bahkan siap diboikot oleh industri mereka sendiri.

Fenomena ini bukan baru. Budaya pernah menjadi senjata moral ketika politik kehilangan hati nurani—pada perang Vietnam, pada era apartheid Afrika Selatan, bahkan pada masa kolonialisme. Kini, dalam abad ke-21, panggung musik, layar film, hingga halaman buku menjadi ruang perlawanan baru melawan kekejaman Israel di Gaza.


---

Gaza: Angka yang Membisu

Latar perlawanan budaya ini tragis. Sejak serangan Israel pada 2023 hingga kini, lebih dari 65.000 orang tewas di Gaza—termasuk 19.000 anak-anak. Lebih dari 165.000 orang terluka, mencakup 10 persen populasi Gaza. Rumah sakit hancur, sekolah rata, dan dunia menyaksikan tanpa daya.

Negara-negara Barat, termasuk Inggris, beberapa pekan lalu mengakui Palestina sebagai negara. Namun, pengakuan itu dianggap banyak pihak sebagai langkah simbolis, sekadar “menghidupkan kembali harapan dua negara” tanpa disertai keberanian nyata menghentikan aliran senjata ke Israel.

Di tengah lumpuhnya politik inilah, budaya masuk mengambil peran.


---

Konser Solidaritas: Musik yang Melawan Senjata

Musik kerap lahir dari luka. Itulah yang dibuktikan oleh Brian Eno, musisi legendaris asal Inggris, yang menggelar konser “Together for Palestine” di Wembley Arena. Ribuan orang hadir, menyaksikan panggung bukan sekadar hiburan, melainkan perlawanan.

Di sana hadir pula Richard Gere, Paul Weller, Damon Albarn, Portishead, dan Riz Ahmed. Mereka bernyanyi, berdialog, dan menggalang dana untuk membantu Palestina.

Eno sendiri menegaskan, “Saya percaya budaya lebih dulu daripada politik. Ia menciptakan ruang batin bagi manusia, yang kemudian memengaruhi tindakan politisi. Kadang berhasil, kadang tidak. Tapi kita harus mencoba.”

Di dunia musik, nama-nama besar lain juga terus bersuara. Roger Waters, eks Pink Floyd, bahkan sejak lama menyerukan boikot Israel. Annie Lennox, vokalis Eurythmics, ikut turun ke jalan. Para musisi tahu, suara mereka bisa menembus ruang yang tak lagi diisi pidato politik.


---

Aktor dan Layar yang Menjadi Panggung Gaza

Tidak hanya musisi, dunia perfilman pun bangkit. Tilda Swinton, aktris kawakan asal Inggris, termasuk salah satu suara paling awal yang menyerukan gencatan senjata. Ia menandatangani petisi, turun ke demonstrasi, bahkan berani menghadapi risiko blacklist dari Hollywood.

Di Amerika, Susan Sarandon, Mark Ruffalo, dan John Cusack menegaskan posisi mereka. Mereka hadir di unjuk rasa, memakai simbol Palestina, dan berbicara lantang di hadapan publik.

Keberanian ini bukan tanpa harga. Banyak aktor dan aktris menghadapi pembatalan kontrak, kehilangan peran, atau bahkan serangan media arus utama. Namun, bagi mereka, keberanian moral lebih penting daripada kenyamanan karier.


---

Surat Terbuka: Pena yang Menggugat

Selain konser dan aksi publik, solidaritas budaya terwujud dalam surat terbuka. Hingga kini, ada 11 surat terbuka yang ditandatangani lebih dari 16.000 seniman lintas industri.

Surat itu datang dari kelompok seperti Artists for Palestine UK, Artists4Ceasefire, Film Workers for Palestine, Musicians for Palestine, hingga Writers for Gaza.

Isi mereka jelas:

Hentikan genosida.

Buka akses kemanusiaan ke Gaza.

Hentikan suplai senjata ke Israel.

Patuhi keputusan ICJ untuk melindungi warga sipil.


Sebagian surat bahkan lebih keras. Kelompok pekerja film pro-Palestina, misalnya, berikrar untuk tidak bekerja sama dengan lembaga film Israel—sebuah bentuk boikot budaya yang mengingatkan kita pada gerakan anti-apartheid di Afrika Selatan.


---

Angka Solidaritas: Musik, Film, dan Buku

Dari sisi jumlah, industri musik menyumbang suara paling banyak: 7.800 tanda tangan. Dunia film dan TV menyusul dengan 4.500 tanda tangan, sedangkan dunia literatur dan penerbitan menyumbang 2.900 tanda tangan.

Tokoh-tokoh paling konsisten antara lain Brian Eno dan Khalid Abdalla (aktor Inggris-Mesir), yang menandatangani hingga enam surat terbuka. Nama lain seperti Maxine Peake, Michael Malarkey, Lolly Adefope, dan Tracy Seaward menandatangani lima surat.

Artinya, budaya tidak hanya melahirkan suara sporadis, tetapi gerakan kolektif yang terorganisir.


---

Mengulang Sejarah: Dari Vietnam, Apartheid, hingga Gaza

Sejarah mencatat, suara seniman sering kali lebih berani daripada politisi.

Pada era Perang Vietnam, musisi seperti Bob Dylan dan Joan Baez mengubah konser menjadi protes anti-perang. Lagu-lagu mereka mengobarkan gerakan mahasiswa dan rakyat Amerika hingga akhirnya mengguncang kebijakan Washington.

Pada masa apartheid Afrika Selatan, boikot budaya internasional—termasuk konser besar “Artists Against Apartheid”—menjadi tekanan moral yang mempercepat runtuhnya rezim diskriminatif.


Kini, Gaza menghadirkan momen serupa. Bedanya, media sosial mempercepat gaung solidaritas itu, membuat suara seniman lebih cepat menyebar dan lebih sulit dibungkam.


---

Apakah Budaya Bisa Mengubah Politik?

Pertanyaan terbesar: apakah suara seniman cukup untuk menghentikan perang?

Jawabannya mungkin tidak langsung. Budaya jarang menghentikan peluru. Tetapi, budaya bisa menggerakkan hati rakyat, dan hati rakyat bisa menekan pemimpin. Inilah yang dimaksud Brian Eno: budaya adalah “arus hulu” politik.

Ketika publik Eropa dan Amerika mulai sadar, ketika konser berubah jadi aksi solidaritas, ketika film dan sastra menolak bekerja sama dengan Israel—maka tekanan moral akan semakin besar. Cepat atau lambat, politisi akan dipaksa mengikuti arus.


---

Refleksi: Suara yang Lebih Nyaring dari Bom

Kita hidup di zaman ketika bom terdengar setiap hari di Gaza, tetapi suara seniman menembus batas itu. Mereka tidak punya tank, tidak punya veto di PBB, tetapi mereka punya panggung, mikrofon, pena, dan layar.

Budaya memang tidak bisa menghentikan genosida sendirian. Namun, ia menjaga nurani dunia tetap hidup. Ia mencegah manusia lupa. Ia membisikkan bahwa di balik angka 65.000 korban, ada wajah, ada nama, ada cerita.

Dan mungkin, di masa depan, anak-anak Gaza akan mengenang bahwa di saat dunia politik bungkam, suara musik, film, dan buku justru menyanyikan nama mereka.


---

Epilog: Budaya sebagai Nafas Harapan

Gaza bukan sekadar perang. Ia adalah cermin kemanusiaan. Di satu sisi, ia menunjukkan betapa politik bisa kehilangan hati nurani. Di sisi lain, ia memperlihatkan bagaimana budaya bisa menjadi ruang terakhir bagi kebenaran untuk bernafas.

Dari konser Wembley hingga surat terbuka ribuan seniman, dunia mendengar sebuah pesan sederhana: kemanusiaan tidak boleh kalah.

Jika sejarah berulang, sebagaimana di Vietnam dan Afrika Selatan, maka suara budaya hari ini bisa menjadi gemuruh politik esok hari. Dan mungkin, Gaza akan tercatat bukan hanya sebagai luka, tetapi juga sebagai titik balik, ketika budaya kembali membuktikan dirinya sebagai senjata moral yang paling abadi.


Sumber:
https://www.aljazeera.com/news/longform/2025/9/25/who-are-the-artists-speaking-out-against-israels-war-on-gaza

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Baqarah (1) Al-Qur'an (360) Al-Qur’an (4) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) cerpen Nabi (8) cerpen Nabi Musa (2) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (259) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Hadist (4) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) kisah para nabi dan (2) Kisah Para Nabi dan Rasul (576) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) Kisah Penguasa (1) Kisah ulama (1) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (71) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (29) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (15) Namrudz (2) Nasrulloh Baksolahar (1) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (245) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (541) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (493) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (256) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (239) Sirah Sahabat (155) Sirah Tabiin (43) Sirah Ulama (156) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)