Tauhid dari Ilmu Sejarah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Tauhid adalah poros. Alam semesta berputar mengitari porosnya. Segala sesuatu dalam kehidupan, baik kecil maupun besar, harus berjalan seiring dengan poros tauhid.
Berputar pada poros berarti semua elemen berjalan bersama, selaras, dan bersinergi. Namun, bila ada yang tidak berputar, atau bergerak melawan arah tauhid, benturan dan kehancuran tak terelakkan. Tabir keseimbangan pun robek, dan segalanya runtuh.
Belajar sejarah sejatinya juga belajar tauhid. Peradaban lahir karena tauhid. Peradaban tumbuh karena perjuangan menegakkan tauhid. Dan peradaban hancur ketika tauhid ditanggalkan.
Sejarah mengajarkan kefanaan. Bukankah banyak peradaban besar yang telah gugur dan lenyap? Bangunan megah, kota-kota gemilang, dan negeri-negeri yang dulu terdengar namanya di seluruh dunia, kini hanya menjadi cerita atau reruntuhan.
Buka peta dunia pada era kuno. Apakah nama-nama kota dan wilayahnya masih ada hingga kini? Apakah istana mereka tetap kokoh? Apakah nama kaisar dan pemimpinnya masih dipuja-puji? Hampir semuanya telah hilang. Bangsa-bangsa yang dulunya perkasa kini tidak lagi berdiri.
Padahal kaisar dan rakyatnya telah berusaha sekuat tenaga agar negeri mereka tetap lestari. Mereka bahu-membahu membangun kekuatan dan strategi demi mempertahankan keberlangsungan peradaban. Namun, semua itu tak mampu menunda kehancuran.
Sejarah menegaskan satu hal: tiada yang abadi selain Allah SWT. Semua yang diciptakan manusia fana; yang kekal hanyalah poros tauhid yang menopang semesta.
Inilah pelajaran besar dari ilmu sejarah: tauhid adalah inti, fondasi, dan poros yang menentukan lahir, tumbuh, dan hancurnya peradaban manusia.
0 komentar: