Jiwa Bertempur Pejuang Palestina dan Penjajah Israel
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Operasi darat skala besar akan dilakukan dengan memanggil puluhan ribu tentara cadangan. Ini pemberitaan terbesar kedua setelah Badai Al-Aqsa dimulai. Operasi baru IDF di Jalur Gaza akan mencakup kontrol militer atas wilayah tersebut, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan dalam kabinet keamanan ahad malam (4/5/2025).
Rencana tersebut juga akan mencakup penguasaan wilayah, pergerakan warga Gaza ke selatan, dan penolakan kemampuan Hamas untuk mendistribusikan bantuan kemanusiaan.
Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, saat menghadiri konferensi, membela keputusan kabinet.
"Sejak operasi darat dimulai, tidak akan ada penarikan mundur dari wilayah yang telah kami rebut - bahkan dengan imbalan sandera. Satu-satunya cara untuk membebaskan para sandera adalah dengan mengalahkan Hamas," kata Smotrich.
"Setiap penarikan pasukan akan mengakibatkan tanggal 7 Oktober. IDF akan menjelaskan kepada Hamas bahwa menyakiti para sandera akan berakibat fatal."
Berarti, strategi perang kali ini sangat jauh berbeda, sesuai arahan para petinggi politikus sayap kanan. Yaitu, sekali menginjakan kaki ke tanah Gaza, tidak ada lagi mundur kebelakang. Penjajah akan mendirikan dan tetap berada pos-pos keamanannya di seluruh Gaza. Apakah yang dibutuhkan dalam strategi ini? Apakah penjajah memilikinya?
Yang dimiliki oleh penjajah hanya infrastruktur militer yang kuat dan canggih. Namun, tak lagi memiliki doktrin ideologi yang mengakar untuk menghadapi perang panjang dan keteguhan perlawanan.
Sebab, persepsi peperangan hanya untuk kepentingan politik sayap kanan sudah menjadi salah satu arus mainstream yang kuat. Sedangkan pendukung kuat sayap kanannya itu sendiri justru dibebaskan dari wajib militer.
Sedangkan Hamas memiliki doktrin yang kuat, yaitu menyelamatkan tanah airnya. Ini sudah cukup menciptakan pejuang berani mati, apalagi ditambah doktrin hidup mulia atau mati syahid.
Bila pasukan penjajah masih berfikir bagaimana agar tetap hidup, maka pejuang Palestina bagaimana gugur demi harga diri bangsa dan tanah air. Maka, dalam jiwa tentara penjajah masih dibayang-bayangi ketakutan.
Bila dalam diri tentara penjajah masih banyak alasan untuk tidak bertempur, sedangkan pada jiwa pejuang Palestina bertempur adalah hanya satu-satunya solusi. Mana yang memiliki jiwa pemenang?
Ketahanan fisik pejuang Palestina sangat terlatih dan kuat, karena setiap saat mereka menghadapi pelatihan fisik di tengah medan kehancuran bangunan, kelaparan yang diciptakan penjajah dan bertahan di tengah keterbatasan. Sedangkan pasukan penjajah hanya saat pelatihan saja itu pun bila diperlukan.
Bagi penjajah, ini adalah pertempuran terakhirnya di Gaza. Bila kalah, berarti menghancurkan pondasi dan kepercayaan diri terkuatnya. Bagi pejuang Palestina ini adalah pertempuran puncak untuk mengusir penjajah sebagai pondasi Kemerdekaannya. Mana yang lebih kuat?
0 komentar: