Gajah-Gajah Abrahah di Tubuh Penjajah Israel
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Raja Abrahah membawa pasukan bergajahnya dari Yaman ke Mekah. Tujuannya menghancurkan tempat suci Kabah. Apakah ini peristiwa yang tak berulang? Sekarang, penjajah Israel melakukan hal yang sama di Masjid Al-Aqsa, Palestina.
Berulang kali para petinggi penjajah Israel memimpin penyerbuan ke Masjid Al-Aqsa. Seperti, Menteri Komunikasinya, Shlomo Karhi dan Menteri Keamanannya, Ben Gvir dengan membawa para pemukim ilegal Yahudi. Apalagi Ben Gevir diberikan kekuasaan yang berkaitan dengan pemukiman Yahudi di Tepi Barat.
Para pemukim ilegal Yahudi pun secara berkelompok dan bergelombang melakukan penyerbuan ke Masjid Al-Aqsha dengan pengawalan dan perlindungan tentara IDF. Bukankah, penguasa dan pemukim ilegal Yahudi sudah memiliki karakter yang sama?
Selama perjalanan Abrahah dari Yaman hingga ke Mekah, tak ada kendala sama sekali. Semua daerah dan kota yang dilaluinya tuduk kepadanya. Begitu pun sesampainya di Mekah. Namun, saat hendak menghancurkan Kabah, apa yang terjadi?
Kehancuran Abrahah justru di saat hendak menghancurkan Kabah. Maka, serangan pejuang Palestina pun dilakukan saat penjajah Israel secara tegas menodai masjid Al-Aqsa. Seperti Badai Al-Aqsa, dilakukan setelah Netanyahu berdiri di PBB dengan menampilkan peta baru Timur Tengah tanpa Palestina.
Gajah-gajah Abrahah sangat kuat, tak tertandingi di zamannya. Saat waktu penyerbuan ke Kabah dimulai, tiba-tiba para gajah diam dan duduk. Tidak mau melangkah. Namun, saat diarahkan ke selain Kabah, gajah itu berdiri dan mau melangkah. Mengapa hal ini terjadi?
Abrahah terus memaksa dengan segala kekerasan agar gajah berdiri untuk menyerang Kabah. Apa yang terjadi? Di angkasa raya terlihat titik hitam, yang kemudian menjelma seperti awan hitam. Ternyata, itulah serbuan burung Ababil yang menyerang pasukan Abrahah dengan bebatuan panas. Serbuan yang tak pernah diperkirakan sama sekali. Dimana kehancurannya pun total.
Sekarang, tentara Israel pun mengalami hal yang sama. Bukankah masyarakat pendukung sayap kanan dan Yahudi Haredim menolak untuk berperang? Padahal penguasa sayap kanan yang memaksa tentara Israel untuk membumihanguskan Gaza?
Bukankah muncul banyak petisi penolakan perang dari seluruh angkatan militer, komunitas profesi, dan masyarakat yang berjumlah 70%? Tiba-tiba mereka menolak berperang, seperti gajah-gajah Abrahah yang tak mau bergerak ke Kabah.
Waktu pengerahan pasukan cadangan pun menjadi molor. Alasannya, memberi waktu kepada pejuang Palestina untuk mengikuti gencatan senjata versi penjajah. Menunggu selesainya lawatan Trump ke Timur Tengah. Padahal, menutupi kecilnya animo rakyat penjajah untuk wajib militer.
Pada akhirnya, akan terjadi gerakan pembangkangan massal dari rakyat penjajah, seperti pembangkangan mereka terhadap Taurat dan Nabi Musa.
0 komentar: