Pasukan Teknik IDF di Gaza: Ujung Tombak yang Terluka
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Mereka yang Membuka Jalan, Tapi Juga Jadi Sasaran
Dalam setiap peperangan, ada pasukan yang diam-diam menjadi penentu arah, tapi jarang terlihat dalam sorotan. Di medan tempur Gaza yang padat, penuh reruntuhan, ranjau, dan terowongan, pasukan teknik (combat engineering corps) menjadi garda paling awal dan paling berisiko dari setiap operasi militer Israel.
Merekalah yang membuka jalan, menerobos bangunan, menjinakkan jebakan, menutup lubang terowongan, dan membersihkan medan sebelum infanteri bergerak masuk. Tapi justru karena itulah mereka menjadi sasaran utama serangan Hamas.
1. Fungsi Vital di Perang Kota: Kombinasi Teknik dan Taktik
Dalam konteks perang kota seperti di Gaza, fungsi pasukan teknik sangat krusial:
1. Membuka jalur aman bagi pasukan infanteri dengan membersihkan ranjau darat, IED (improvised explosive device), dan jebakan terowongan.
2. Menghancurkan bangunan yang dianggap menjadi pusat pertahanan musuh.
3. Menutup dan menghancurkan jaringan terowongan bawah tanah milik Hamas, yang dikenal luas sebagai “metro Gaza”.
4. Memetakan struktur wilayah, mengidentifikasi titik serangan, dan menyediakan jalur evakuasi atau mobilisasi tank dan pasukan.
Kerja mereka tak pernah berdiri sendiri. Pasukan infanteri sangat bergantung pada jalur yang dibuka oleh tim teknik. Tanpa mereka, infanteri bisa masuk ke zona kematian.
2. Pelatihan dan Kemampuan: Di Antara Teknik, Taktik, dan Trauma
Pasukan teknik IDF menerima pelatihan multidisiplin:
1.Penjinakan ranjau dan bahan peledak (EOD),
2. Demolisi struktural dan pembongkaran darurat,
3. Navigasi bawah tanah dan tempur ruang sempit,
4. Operasi kendaraan berat dalam zona musuh,
5. Simulasi serangan terkoordinasi dengan infanteri dan lapis baja.
Unit elit dari pasukan ini adalah Yahalom, bagian dari Combat Engineering Corps, yang diberi tugas-tugas tersulit: menyusup ke sistem terowongan, menetralisir bahan peledak, dan mendukung unit-unit khusus dalam pertempuran taktis urban.
3. Kendaraan dan Peralatan: Besar, Berat, dan Tetap Rentan
Peralatan tempur mereka adalah mesin-mesin besar:
1. Bulldozer D9 lapis baja: digunakan untuk membuka jalan dan menghancurkan struktur.
2. Excavator tempur dan alat gali: digunakan untuk mendeteksi dan membongkar terowongan.
3. Robot penjinak bom dan sensor bawah tanah: untuk mendeteksi jebakan dan ranjau.
4. Drone pengintai kecil: dipakai dalam misi jarak dekat untuk menjelajah reruntuhan.
Namun, sekuat apapun mesin mereka, medan Gaza membuat mereka tetap rentan. Mesin-mesin itu lambat, besar, dan mudah menjadi target.
4. Perbedaan Gaza dan Medan Lain: Kompleksitas dan Ketidakterdugaan
Di Gaza, tidak ada medan terbuka atau bentang alam netral. Semuanya adalah jebakan.
Berbeda dengan medan di Lebanon atau padang terbuka di Suriah, di Gaza:
Setiap bangunan bisa dipasangi IED.
Setiap terowongan bisa jadi jalan masuk Hamas ke belakang garis musuh.
Setiap langkah bisa memicu ledakan atau ambush.
Inilah yang membedakan medan Gaza dengan konflik lain. Di sini, pasukan teknik bukan sekadar pendukung—mereka adalah penentu kelangsungan operasi.
5. Mengapa Hamas Fokus Menargetkan Pasukan Teknik?
Karena secara strategis, menghancurkan atau melumpuhkan pasukan teknik sama dengan mematikan mesin tempur IDF.
Jika pasukan teknik gagal membuka jalur, maka infanteri dan tank tertahan.
Jika pasukan teknik kehilangan kendali atas jalur atau terowongan, maka serangan Hamas bisa terjadi dari bawah tanah, sewaktu-waktu.
Jika pasukan teknik diserang lebih dahulu, moral pasukan lain ikut terguncang.
Efek psikologisnya besar: pasukan lain merasa jalan yang dilalui tidak aman. Kewaspadaan meningkat, kecepatan operasi menurun, dan keraguan muncul di tengah pasukan.
6. Strategi Hamas Melawan Pasukan Teknik: Diam-diam dan Mematikan
Hamas bukan hanya bergerilya. Mereka mempelajari pola, kebiasaan, dan rute kendaraan teknik:
1. Menanam IED di jalur yang biasa dilalui buldoser dan excavator.
2. Menyergap operator teknik dari balik reruntuhan.
3. Menyerang melalui terowongan saat pasukan teknik sedang sibuk membuka jalur.
4. Menggunakan ATGM (rudal anti-tank) untuk menghancurkan kendaraan besar.
Serangan yang dilakukan Hamas bukan hanya untuk menghentikan laju teknik, tapi untuk menghantam moral, meretakkan rasa aman, dan membuat IDF seperti terperangkap di labirin penuh jebakan.
7. Korban dan Tekanan Psikologis: Luka Fisik dan Luka Batin
Dalam invasi ke Gaza sejak Oktober 2023:
Total korban IDF dilaporkan lebih dari 430 tentara gugur.
Dari jumlah itu, sekitar 10–15% adalah pasukan teknik, baik dari unit reguler maupun Yahalom.
Selain korban jiwa, banyak yang mengalami luka berat, terutama akibat ledakan ranjau dan runtuhnya struktur saat menjalankan misi pembongkaran.
Namun yang paling mengerikan adalah kerusakan psikologis:
Banyak tentara teknik mengalami tekanan batin berat setelah menghancurkan rumah-rumah sipil yang tidak tahu-menahu.
Sebagian merasa menjadi “alat penghapus”, bukan lagi prajurit pelindung.
Dalam laporan internal IDF, lebih dari 30% pasukan teknik mengalami stres tingkat tinggi dan 15% menunjukkan gejala PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder).
Mereka yang Membuka Jalan, Tapi Makin Banyak yang Tak Pulang
Pasukan teknik IDF di Gaza bukan sekadar pekerja keras militer. Mereka adalah penjaga rute, pemecah reruntuhan, dan pengambil risiko pertama. Namun dalam setiap pembukaan jalan, mereka juga membuka luka—di tubuh mereka sendiri, dan di hati mereka.
Hamas memahami pentingnya peran ini, dan menyerang mereka dengan cerdas.
Dan Gaza, kota yang runtuh oleh bom, diam-diam juga meruntuhkan kepercayaan diri para prajurit teknik yang dulu dilatih untuk membangun, tapi kini diperintah untuk menghancurkan.
Di medan Gaza, bukan hanya tembok yang roboh—tapi juga ketahanan batin mereka yang menggenggam palu perang.
0 komentar: