Bunglon di Kebun: Penjaga Tak Bernama yang Tak Pernah Diminta Terima Kasih
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Di kebun-kebun buah, kita biasa berbicara tentang pupuk, hama, hasil panen, dan harga pasar. Tapi ada satu makhluk yang jarang disebut, jarang disadari, dan bahkan sering diusir karena dianggap aneh, lambat, dan tak berguna. Ia tak berisik, tak memakan buah, bahkan tak meninggalkan jejak kerusakan apa pun.
Tapi justru makhluk inilah yang berjasa menjaga daun tetap hijau, bunga tetap utuh, dan buah tetap tumbuh.
Namanya: bunglon.
Ia Tidak Membawa Paku atau Pisau, Tapi Menjaga Lebih Baik dari Banyak Petani
Bunglon tidak butuh upah, tidak minta pujian, tidak mencari perhatian. Ia hanya hadir di kebun—diam, lambat, dan menyatu dengan batang pohon.
Tapi ia punya keahlian yang tidak dimiliki manusia: menangkap hama tanpa pestisida, membasmi ulat tanpa racun, dan menjaga keseimbangan kebun hanya dengan menjadi dirinya sendiri.
Bunglon tidak mencangkul, tapi ia bekerja lebih tenang dari petani. Ia tidak menanam, tapi menjaga apa yang kita tanam.
Di Mana Bunglon, Di Situ Kebun Masih Waras
Jika Anda melihat bunglon di kebun Anda, itu bukan sekadar penampakan satwa liar. Itu adalah pertanda ekosistem Anda masih hidup. Bahwa masih ada rantai makanan, bahwa pohon Anda masih menarik serangga alami, dan bahwa lingkungan belum terlalu rusak oleh pestisida kimia.
Karena bunglon tidak akan hidup di tempat yang mati.
Bunglon datang ketika ada ulat untuk ia buru.
Bunglon tinggal jika pohon-pohon punya ranting untuk ia pegang.
Dan bunglon akan bertahan jika manusia membiarkan ia bekerja dalam sunyi.
Bunglon Tidak Mengotori, Tidak Mengganggu, Tapi Dianggap Mengganggu
Ironi manusia modern: mengusir yang tidak merusak, dan memelihara yang merusak.
Berapa banyak petani yang mengusir bunglon karena "takut warna kulitnya berubah"?
Berapa banyak orang tua yang mengajarkan anaknya bahwa bunglon itu “menyeramkan”?
Padahal bunglon tidak menggigit, tidak beracun, dan tidak pernah memakan buah atau bunga.
Ia hanya memakan belalang, ulat, lalat buah, dan serangga-serangga kecil yang justru sering merugikan panen.
Apakah Bunglon Membantu Pembuahan?
Tidak secara langsung.
Bunglon bukan lebah. Ia tidak memindahkan serbuk sari dari bunga ke bunga. Tapi ia melakukan sesuatu yang lebih sunyi, tapi tak kalah penting:
Menjaga bunga tetap utuh sebelum ia sempat diserbuki.
Bayangkan: seekor ulat bisa membuat bunga rontok. Seekor belalang bisa menggigit kelopak.
Tapi jika bunglon hadir, ulat itu tidak sempat menggigit. Belalang itu tidak sempat melompat.
Bunglon bukan penyubur, tapi ia penjaga. Dan kadang, penjaga lebih penting daripada pemupus.
Si Penjaga yang Tak Punya Lencana
Di dunia manusia, penjaga dihargai karena berseragam. Tapi di dunia tumbuhan, penjaga seperti bunglon tidak bersuara, tidak berseragam, dan tidak punya lencana.
Ia hanya menyatu dengan dahan, berubah warna mengikuti matahari, dan muncul kadang kala seperti pesan dari alam bahwa "masih ada yang peduli, meski tak terlihat".
Kita mungkin tidak pernah mengucap terima kasih. Tapi pohon buah tahu siapa yang menjaga mereka diam-diam.
Bunglon Tidak Membuat Panen Berlimpah, Tapi Menjaga agar Tak Gagal
Petani sering berpikir soal panen besar. Tapi siapa yang berpikir soal kegagalan panen akibat hama?
Kita terlalu sibuk menghitung pupuk dan pestisida, hingga lupa bahwa ada yang menjaga bunga tetap utuh tanpa biaya. Bunglon adalah bagian dari sistem alam yang tak butuh instruksi. Ia datang ketika diperlukan, dan pergi ketika ekosistem sudah rusak.
Pertanyaannya: apakah kita masih memberi ruang untuk ia tinggal?
Belajar dari Bunglon yang Sabar
Bunglon tidak protes ketika kita menyemprot pestisida dan membunuh serangga yang jadi makanannya.
Ia tidak marah saat dahan tempat ia tidur ditebang.
Ia tidak menggigit ketika ditangkap dan dibuang jauh.
Tapi barangkali, kita yang perlu belajar darinya:
Bagaimana bekerja dalam diam.
Bagaimana menjaga yang kita cintai tanpa perlu sorotan.
Bagaimana setia pada peran meski tak pernah disapa terima kasih.
Jika Anda Melihat Bunglon di Kebun Anda…
…berhentilah sejenak.
Lihatlah bagaimana ia berjalan pelan, bagaimana matanya mengamati dua arah, dan bagaimana tubuhnya menyatu dengan daun.
Lalu ucapkan dalam hati:
“Terima kasih, penjaga sunyi. Teruslah tinggal di sini. Kami butuh kamu, meski kami sering lupa bahwa kamu ada.”
Dan mungkin, saat itu, kebun Anda menjadi lebih hidup dari sebelumnya.
Esai ini ditulis untuk membuka mata para petani, pencinta tanaman, dan siapa saja yang percaya bahwa alam tak pernah bekerja sendirian. Terkadang, penjaga terbaik adalah yang tak kita sadari kehadirannya.
0 komentar: