Thalhah bin Ubaidillah: Miliarder Surga yang Tidak Tertawan Dunia
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Thalhah bin Ubaidillah ra. adalah satu dari sedikit orang yang dijamin surga oleh Rasulullah ï·º semasa hidupnya. Ia dikenal sebagai sahabat yang sangat dermawan, sangat berjasa di medan perang, dan salah satu pebisnis paling sukses dalam sejarah sahabat.
Ketika kebanyakan orang diuji dengan kekurangan, Thalhah diuji dengan kelimpahan harta. Tapi ia berhasil melaluinya — bukan dengan menumpuk, tapi dengan membagi.
Berikut enam sisi keteladanannya dalam mengelola uang dan harta:
1. Mengelola Uang di Keluarga: Penuh Cinta dan Tanggung Jawab
Thalhah bukan hanya pemberani di medan perang, tapi juga ayah dan suami yang penuh kasih sayang. Ia menafkahi keluarganya dengan baik dari kekayaan halal hasil perniagaan, kebun, dan investasi tanah.
Ia memperhatikan kebutuhan istri dan anak-anaknya dengan keseimbangan antara dunia dan akhirat. Mereka hidup dalam cukup, namun tidak berlebihan.
Ia tidak pelit kepada keluarga, tapi juga tidak memanjakan mereka dengan kemewahan dunia.
“Harta adalah amanah. Keluarga adalah tanggung jawab. Aku ingin anak-anakku besar dalam keberkahan, bukan hanya dalam limpahan.” – demikian semangat hidupnya.
2. Mengelola Uang dalam Bisnis: Jujur, Produktif, dan Visioner
Thalhah bin Ubaidillah adalah salah satu saudagar besar Madinah. Ia berdagang kain, ternak, dan tanah. Ia punya:
Perkebunan luas di Irak dan Madinah
Gudang dan jalur dagang lintas Hijaz
Properti yang terus berkembang
Namun kekayaannya tidak menjadikannya tamak. Ia terkenal jujur dalam transaksi, tidak mengambil keuntungan haram, dan selalu memperhatikan hak orang miskin.
Setiap kali memperoleh keuntungan besar, ia langsung membaginya:
Sebagian untuk keluarga
Sebagian untuk para sahabat miskin
Sebagian untuk zakat dan wakaf
Ia pernah menyumbangkan 700.000 dinar dalam sekali duduk! Dan berkata:
“Aku malu tidur malam, sementara hartaku masih tertahan di rumahku.”
3. Mengelola Uang Soal Utang: Amanah dan Bertanggung Jawab
Thalhah sangat berhati-hati dengan utang. Ia dikenal tidak banyak berutang, karena:
Sumber usahanya lancar
Perputaran bisnisnya sehat
Dan gaya hidupnya tetap sederhana
Namun bila ada yang berutang kepadanya, ia sangat pemaaf. Ia mudah menghapuskan utang orang miskin, bahkan terkadang memberikan lebih dari yang mereka pinjam.
“Aku lebih bahagia melihat orang terbebas dari utang, daripada melihat hartaku bertambah.” – ucapnya suatu hari.
4. Mengelola Uang di Kas Negara: Tidak Mengambil Hak Umat
Walaupun kaya dan terpandang, Thalhah tidak pernah mengambil keuntungan dari kas negara. Ia membiayai jihad dan dakwah dari harta pribadinya, dan menolak bayaran dari baitul mal.
Ia tidak pernah menjabat posisi bendahara atau gubernur, karena lebih senang berdakwah dan berdagang. Namun kontribusinya kepada negara sangat besar, terutama:
Menyumbang logistik untuk pasukan Islam
Memberi modal kepada sahabat yang miskin
Menyediakan kebun dan rumah untuk tamu Nabi
5. Mengelola Uang Gaji Pejabat Negara: Tidak Tergiur Jabatan
Thalhah tidak tergiur jabatan meski punya pengaruh besar. Ia tidak pernah mengambil gaji dari negara. Dalam Perang Jamal, ia maju bukan karena ambisi kekuasaan, tapi karena keyakinan politik dan kecintaan pada umat.
Saat konflik pecah, Thalhah menyesal dan menarik diri dari pertempuran. Ia syahid sebagai penengah yang mengajak damai, bukan pemburu tahta.
Harta yang ia hasilkan tetap dari bisnisnya — bukan dari posisi atau fasilitas.
6. Wasiat Uang Saat Wafat: Membagi dengan Adil, Memberi Sebelum Ditanya
Menjelang wafat, Thalhah bin Ubaidillah meninggalkan harta yang sangat banyak. Namun ia telah menyiapkan pembagiannya dengan rinci:
Warisan untuk anak dan istri
Wakaf untuk umat
Pembebasan utang orang yang berutang padanya
Pemberian tetap untuk keluarga sahabat
Menurut riwayat, ia meninggalkan:
200.000 dinar tunai
200.000 dirham perak
Kebun-kebun di Madinah dan Irak
Rumah-rumah dan properti sewa
Namun seluruh kekayaan itu dikelola bukan dengan keserakahan, tapi dengan keikhlasan.
Ia tidak membawa hartanya ke kubur, tapi mengirimnya lebih dulu ke akhirat.
Penutup: Kaya Raya, Tapi Tidak Dimiliki Dunia
Thalhah bin Ubaidillah adalah simbol bahwa kekayaan dan surga bisa berjalan beriringan, jika hati tidak dikuasai dunia.
Ia memiliki banyak,
Memberi banyak,
Tapi mengambil sedikit.
Harta tidak membuatnya sombong. Jabatan tidak membuatnya rakus. Dan surga tidak membuatnya malas berbuat.
Ia bukan hanya pebisnis cerdas, tapi dermawan yang ikhlas.
0 komentar: