basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Menyerang Iran: Analisis Sejarah, Karakter, dan Daya Tempur Oleh: Nasrulloh Baksolahar Apakah Rasulullah saw memulai pertempuran...

Menyerang Iran: Analisis Sejarah, Karakter, dan Daya Tempur

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Apakah Rasulullah saw memulai pertempuran dalam sejarah Islam? Tidak. Dalam Perang Badar, misalnya, Rasulullah saw keluar bukan untuk berperang, melainkan untuk mengganggu jalur ekonomi kaum Musyrikin Quraisy, yang sebelumnya telah merampas kekayaan kaum Muslimin di Mekah saat hijrah. Namun, kaum Quraisy justru mengirimkan pasukan besar yang dipimpin Abu Jahal, padahal Abu Sufyan sebelumnya telah memperingatkan agar tidak memulai pertempuran.

Demikian pula dalam Perang Uhud. Penyerangan terjadi karena pasukan Quraisy datang menyerbu Madinah. Rasulullah saw bermusyawarah dengan para sahabat dan memutuskan untuk menghadapi musuh di luar kota, di kaki Gunung Uhud.

Perang Ahzab pun bukan dimulai oleh Rasulullah saw. Koalisi besar antara kabilah-kabilah Arab dan kaum Yahudi dibentuk untuk menghancurkan kaum Muslimin dari luar dan dalam. Maka Rasulullah saw menghadapinya dengan strategi bertahan secara total, termasuk menggali parit besar di batas kota.

Begitu juga Perang Khaibar. Perang ini dilakukan karena benteng-benteng Khaibar menjadi pusat konspirasi dan tipu daya Yahudi untuk menghabisi kaum Muslimin. Adapun Perang Mu’tah dan Tabuk terjadi karena ancaman langsung dari pasukan Romawi yang hendak menyerbu Madinah. Dalam semua peristiwa tersebut, Rasulullah saw tidak memulai agresi, tetapi menanggapi ancaman dengan taktik dan kekuatan penuh. Diserang, berarti memiliki banyak alasan untuk memobilisasi sumber daya.

Lalu, bagaimana dengan serangan penjajah Israel ke Iran?

Penjajah Israel kini masuk lebih dalam ke zona pertempuran. Dengan menyerang Iran lebih dulu, maka Iran memperoleh legitimasi internasional untuk membela diri dan menghimpun dukungan besar dari rakyatnya, bahkan dari masyarakat global yang menyaksikan kekejaman penjajah Israel.

Selama ini, Israel selalu menggunakan dalih "membela diri" sebagai tameng moral dan diplomatik. Amerika dan Eropa pun mendukungnya karena narasi ini, seperti yang terjadi dalam Perang Arab–Israel 1967 dan 1973. Namun, jika Israel menjadi pihak yang memulai serangan, maka legitimasi untuk membela diri berpindah ke Iran, dan narasi untuk membenarkan bantuan terhadap Israel menjadi melemah.

Israel mungkin akan berdalih bahwa serangan dilakukan untuk menghancurkan fasilitas nuklir Iran. Padahal, Israel sendiri menyimpan senjata nuklir dan menolak untuk diawasi oleh lembaga internasional. Ini adalah standar ganda yang makin lama makin tak dipercaya dunia.

Lalu, apakah penjajah Israel mampu memenangkan perang melawan Iran?

Secara sejarah, kawasan ini pernah menyaksikan konflik panjang antara Romawi dan Persia — yang kini secara geopolitik menjelma menjadi Barat dan Iran. Dalam konflik berabad-abad itu, Romawi dan Persia saling menang dan kalah. Namun, Yahudi tidak pernah tampil sebagai kekuatan militer dominan dalam sejarah tersebut. Mereka selalu berada di posisi pinggiran kekuasaan dan konflik. Maka dari segi karakter bangsa dan sejarah, penjajah Israel bukanlah lawan setara Iran dalam pertarungan langsung.

Dari sisi daya tempur, Iran jauh lebih siap. Perang Iran–Irak (1980–1988) menunjukkan ketahanan militer dan semangat bertempur rakyat Iran, meski menghadapi kekuatan besar yang didukung negara-negara Barat. Iran juga memiliki jaringan milisi dan pasukan proxy yang kuat dan tersebar di kawasan — mulai dari Hizbullah di Lebanon, milisi di Irak, Yaman, dan sebelumnya di Suriah. Bahkan, hanya dengan menghadapi proxy-proxy Iran saja, Israel sudah terlihat kewalahan.

Jika Israel memaksakan diri menyerang Iran, walaupun dengan dukungan Amerika Serikat, maka ia hanya akan menyeret dirinya ke dalam konflik regional yang panjang dan melelahkan. Serangan ini juga akan semakin memperkuat rasa takut dan tekanan psikologis para pemukim ilegal di wilayah pendudukan Palestina.

Bukankah justru rasa takut dan kehilangan rasa aman itulah alasan utama penjajah Israel menduduki tanah Palestina? Dan kini, dengan menyerang Iran, mereka sedang memperluas zona ketakutannya sendiri.

Membangun Legitimasi dalam Menghadapi Yahudi Madinah Oleh: Nasrulloh Baksolahar Bisakah persoalan dengan Yahudi Madinah diselesa...

Membangun Legitimasi dalam Menghadapi Yahudi Madinah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Bisakah persoalan dengan Yahudi Madinah diselesaikan hanya melalui pendekatan politik? Apakah kekuatan militer semata cukup untuk menghadapi Yahudi yang saat itu telah bersekutu dengan kaum Musyrik Quraisy dan golongan Munafik di dalam kota?

Ketika Rasulullah ï·º hijrah ke Madinah, beliau tidak sekadar menemukan tempat perlindungan, melainkan menghadapi realitas baru: komunitas Yahudi yang telah lama mapan, memiliki kekuatan ekonomi, jaringan politik, dan militer yang solid. Sementara kaum Muslimin sendiri baru saja keluar dari fase penindasan di Mekkah, dan sedang dalam proses membangun kekuatan internal.

Menghadapi situasi ini, Rasulullah ï·º tidak serta-merta mengandalkan kekuatan militer atau manuver politik. Beliau lebih dulu membangun legitimasi hukum dan moral—dasar yang mutlak diperlukan untuk menegakkan keadilan dan menjaga stabilitas sosial. Tanpa legitimasi, kekuatan politik dan militer akan kehilangan pijakan. Dukungan masyarakat tidak akan mengakar, dan kesadaran kolektif untuk bertindak tidak akan tumbuh.

Sebagai langkah strategis, Rasulullah ï·º menggagas dan menyusun Piagam Madinah—sebuah dokumen sosial-politik yang kini dapat disebut sebagai "undang-undang dasar" negara kota Madinah. Piagam ini menyatukan berbagai suku, agama, dan kepentingan dalam satu kerangka kebangsaan yang baru, di bawah kepemimpinan Nabi ï·º sebagai pemimpin tertinggi.

Dalam dokumen ini, semua komunitas di Madinah, termasuk Yahudi, diakui hak dan kewajibannya secara adil. Mereka mendapatkan jaminan kebebasan beragama, tetapi juga terikat pada prinsip keadilan bersama dan pembelaan kolektif terhadap Madinah jika diserang pihak luar.

Namun, ketika beberapa kelompok Yahudi melanggar kesepakatan tersebut—berkhianat, menjalin aliansi dengan musuh Islam, dan bahkan merencanakan pembunuhan terhadap Rasulullah ï·º—maka tindakan tegas pun diambil. Bukan berdasarkan kebencian agama, tapi atas dasar pelanggaran terhadap perjanjian yang disepakati bersama.

Inilah kekuatan legitimasi yang dibangun oleh Rasulullah ï·º: keputusan untuk menindak tegas dilandasi oleh kesepakatan hukum bersama, bukan oleh tekanan emosional atau sekadar kekuatan militer. Dengan ini, kebenaran ditegakkan bukan hanya dalam bingkai teologi, tetapi juga dalam kerangka sosial-politik yang rasional dan dapat diterima oleh semua pihak.

Rasulullah ï·º tidak memilih jalan kekerasan saat ketegangan memuncak. Beliau memilih jalan hukum dan keadilan, karena beliau bukan sekadar pemimpin perang, tapi pembangun peradaban.

Rakyat Eropa Terus Menyuarakan Palestina Oleh: Nasrulloh Baksolahar Dukungan terhadap rakyat Palestina terus menggema dari berba...

Rakyat Eropa Terus Menyuarakan Palestina
Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Dukungan terhadap rakyat Palestina terus menggema dari berbagai penjuru Eropa. Sekelompok aktivis internasional, termasuk aktivis iklim terkemuka Greta Thunberg, tengah bersiap memulai pelayaran dari Italia selatan menuju Jalur Gaza. Tujuan mereka jelas: menembus blokade Israel sebagai bentuk perlawanan moral terhadap ketidakadilan.

Dalam pernyataannya, Thunberg menegaskan, "Kami melakukan ini karena, tidak peduli apa pun rintangan yang kami hadapi, kami harus terus mencoba. Saat kita berhenti mencoba, itulah saat kita kehilangan kemanusiaan kita. Dan seberbahaya apa pun misi ini, itu tidak sebanding dengan bahaya dari keheningan dunia terhadap genosida yang disiarkan langsung."

Di Inggris, lebih dari 300 tokoh publik—termasuk musisi, aktor, akademisi, hingga mantan hakim agung—menandatangani petisi terbuka yang menuding pemerintah Inggris turut bertanggung jawab atas kekerasan terhadap warga Gaza. Petisi yang diprakarsai oleh organisasi kemanusiaan Choose Love ini menyatakan bahwa Inggris “tidak dapat lagi memandang penderitaan Gaza sebagai bencana sambil tetap memasok senjata kepada Israel.”

Gelombang simpati juga terlihat dari dunia olahraga. Para pendukung klub sepak bola Paris Saint-Germain (PSG), misalnya, menunjukkan solidaritas mereka dalam final Liga Champions di Munich. Mereka turun ke jalan sambil meneriakkan, "Kami semua adalah anak-anak Gaza," sebagai seruan moral mendukung rakyat Palestina.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan: Mengapa dukungan rakyat Eropa terhadap Palestina begitu kuat dan konsisten? Apa yang melandasi sikap mereka?

Sahabat Nabi, Amr bin al-Ash—yang pernah lama berinteraksi dengan bangsa Eropa, baik sebelum maupun sesudah masuk Islam, dalam konteks diplomasi maupun peperangan—pernah mengungkapkan karakter dasar mereka sebagai berikut:

1. Mereka adalah orang-orang paling tabah dalam menghadapi cobaan.


2. Mereka cepat pulih dan bangkit dari musibah.


3. Mereka tidak tinggal diam ketika terdesak; mereka berani menyerang balik.


4. Mereka memiliki kepedulian besar terhadap anak yatim, kaum miskin, dan orang-orang lemah.


5. Mereka teguh dalam melawan tirani dan segala bentuk kezaliman.



Karakter-karakter inilah yang menjadikan sebagian rakyat Eropa berani bersuara lantang menentang ketidakadilan global. Boleh jadi, karena menyaksikan keteguhan dan perjuangan rakyat Palestina, mereka semakin dekat dengan nilai-nilai universal yang juga dijunjung tinggi dalam Islam: keadilan, keberanian, dan kepedulian terhadap sesama. Tak heran jika sebagian di antara mereka akhirnya memilih untuk memeluk Islam—agama yang tidak hanya mengajarkan ketundukan kepada Tuhan, tetapi juga keberpihakan kepada yang lemah.

Makna Pemboman bagi Penjajah Israel Oleh: Nasrulloh Baksolahar Serangan udara yang dilancarkan penjajah Israel telah menewaskan ...

Makna Pemboman bagi Penjajah Israel

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Serangan udara yang dilancarkan penjajah Israel telah menewaskan lebih dari 50.000 rakyat Palestina dan melukai lebih dari 100.000 lainnya. Mereka menghancurkan gedung-gedung, rumah sakit, tempat pengungsian, hingga lahan pertanian. Namun, apa sebenarnya hasil dari semua pemboman itu?

Ternyata, kehancuran tersebut bukan hanya menimpa rakyat Palestina, tetapi juga kembali menghantam jiwa tentara Israel sendiri. Kekejaman terhadap anak-anak dan wanita bertentangan dengan suara hati nurani mereka. Pemandangan kehancuran total telah menciptakan trauma mendalam dan horor yang sulit dilupakan. Akibatnya, banyak dari mereka memilih mengundurkan diri dan menolak kembali berperang di Gaza.

Namun di tengah kerusakan mental itu, mereka tetap dipaksa masuk ke wilayah konflik. Apakah mungkin bisa meraih kemenangan dalam kondisi kejiwaan seperti itu? Menjalani hidup normal saja tidak mampu, apalagi harus berperang menghadapi musuh yang tangguh dan tidak pernah menyerah.

Kehancuran mental tersebut melahirkan tindakan serampangan: pemboman dan tembakan yang tidak terukur dan membabi buta. Seperti orang yang kehilangan akal, mereka menembak ke segala arah tanpa kendali. Akibatnya, banyak tentara Israel justru tertembak oleh rekannya sendiri dalam kekacauan pertempuran.

Riset dari media penjajah Israel sendiri menunjukkan bahwa banyak sandera justru tewas akibat bom-bom udara yang diluncurkan oleh pesawat Israel. Lalu, untuk apa semua ini? Apa manfaat sebenarnya dari pemboman brutal yang tak mengenal batas itu?

Bahkan data intelijen Israel menyatakan bahwa meski Gaza dibombardir setiap hari dengan ratusan sasaran, jumlah pejuang Palestina justru terus bertambah. Infrastruktur perlawanan masih berdiri kokoh. Mereka tidak goyah, bahkan semakin terorganisir dan berdaya tahan tinggi.

Karena itu, setiap bom yang dijatuhkan di Gaza bukanlah langkah menuju kemenangan bagi penjajah, melainkan tambahan beban kehancuran bagi diri mereka sendiri—baik secara militer, psikologis, maupun diplomatik. Setiap bom adalah kehilangan, dan setiap serangan adalah pelemahan.

Lihatlah ke panggung olahraga dan seni dunia: suara-suara pembelaan terhadap Palestina semakin nyaring, bendera Palestina dikibarkan di stadion, konser, dan forum-forum internasional. Dunia semakin terbuka matanya, dan penjajah semakin kehilangan dukungan global.

Menghalangi Kepergian ke Ka'bah Oleh: Nasrulloh Baksolahar Musyrikin Quraisy pernah menghalangi Rasulullah saw. dan para sah...

Menghalangi Kepergian ke Ka'bah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Musyrikin Quraisy pernah menghalangi Rasulullah saw. dan para sahabat yang hendak melaksanakan umrah dari Madinah ke Mekah. Meski beberapa utusan Quraisy memastikan bahwa perjalanan itu murni demi ibadah, mereka tetap bersikeras melarang kaum Muslimin memasuki Mekah. Dari ketegangan inilah lahir Perjanjian Hudaibiyah. Apakah sejarah semacam ini tidak terulang?

Pada tahun 1187, di masa Perang Salib, Raynald dari Chatillon berulang kali menyerang jamaah haji yang melintas di sekitar Yerusalem. Ia tidak hanya menjarah dan membunuh mereka, tetapi bahkan mengancam akan menyerang Ka'bah dan menghancurkan Tanah Suci Mekah.

Lima abad kemudian, pada tahun 1502, Raja Manuel I dari Portugis mengirim Vasco da Gama ke India dengan armada besar. Misinya bukan sekadar penjelajahan, tetapi juga untuk memperkuat dominasi Portugal dan menyingkirkan pedagang Muslim dari jalur perdagangan utama.

Dalam pelayarannya yang kedua, da Gama melakukan kekejaman brutal: menyerang kapal-kapal dagang Muslim, menghancurkan pelabuhan di sepanjang pantai timur Afrika, bahkan membakar sebuah kapal yang penuh dengan jamaah haji, menewaskan ratusan penumpang tak berdosa.

Tahun 1566, Sultan Alauddin dari Aceh menulis surat kepada Sultan Sulaiman dari Turki Utsmani, memohon bantuan atas gangguan Portugis yang semakin masif. Dalam suratnya, Sultan Alauddin mengadukan bahwa Portugis bukan hanya menghalangi jalur haji, tetapi juga menangkap dan memperbudak para jamaah, serta menenggelamkan kapal-kapal mereka.

"Demi Allah dan Nabi Muhammad, tolonglah kami dan jamaah haji dalam perjalanan ke Mekah sebelum kekuatan Portugis datang," tulisnya.

Kini, di era modern, sejarah itu tampaknya kembali terulang. Israel melancarkan serangan udara ke Yaman untuk menghancurkan pesawat yang akan digunakan para jamaah haji. Di Tepi Barat, sebuah bus rombongan haji dihancurkan dengan sengaja oleh kendaraan militer Israel, bahkan dua jamaah ditangkap.

Sejarah mencatat akibat dari kezaliman seperti itu. Musyrikin Quraisy dikalahkan dalam peristiwa Fathu Makkah. Tentara Salib tumbang dalam Perang Hittin. Portugal takluk oleh Inggris dalam pertempuran laut di Suvali, India, pada 29 November 1612.

Bagaimana dengan Israel? Kekalahan mereka pun hanya tinggal menunggu waktu. Sebab siapa pun yang menghalangi perjalanan ke Ka'bah, akan menanggung akibat yang sama seperti para pendahulunya.

Perang Tanding yang Diabadikan dalam Al-Qur’an Oleh: Nasrulloh Baksolahar Pertempuran antara Daud dan Jalut adalah satu-satunya ...


Perang Tanding yang Diabadikan dalam Al-Qur’an

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Pertempuran antara Daud dan Jalut adalah satu-satunya perang tanding satu lawan satu yang diabadikan dalam Al-Qur’an. Peristiwa ini bukan sekadar catatan sejarah, tetapi titik balik peradaban—suatu momentum yang terus berulang dalam berbagai bentuk sepanjang zaman.

> “Maka mereka (pasukan Thalut) mengalahkan mereka (pasukan Jalut) dengan izin Allah, dan Daud membunuh Jalut, lalu Allah memberinya kerajaan dan hikmah, dan mengajarinya apa yang Dia kehendaki. Kalau bukan karena Allah menolak sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Akan tetapi Allah memiliki karunia atas seluruh alam.”
(QS. Al-Baqarah: 251)



Titik Balik Sejarah

Mengapa peristiwa ini besar? Karena inilah momen pembebasan Bani Israil dari keterpurukan sejarah panjang mereka, sejak mereka menolak memasuki Palestina di masa Nabi Musa. Penolakan itu membuat mereka terlunta-lunta di padang Sinai, menanti pemimpin dan nabi baru.

Pertempuran ini juga luar biasa karena bertentangan dengan logika umum: yang kecil mengalahkan yang besar, yang sederhana menundukkan yang kuat, dan yang tak bersenjata berat mampu merobohkan yang bersenjata lengkap.

Kekuatan Jalut, Keperkasaan yang Dihancurkan

Jalut adalah prajurit elit tanpa tanding. Ia mengenakan baju zirah tembaga seberat 57 kg, melindungi tubuh atasnya dari senjata tajam mana pun. Ketopong tembaganya menjaga kepala dari serangan langsung. Ia dipersenjatai dengan tombak besar yang ujung besinya mencapai 7 kg—cukup untuk menembus zirah mana pun. Selain itu, ia membawa pedang dan perisai kecil, menjadikannya berbahaya baik dalam serangan jarak jauh maupun dekat.

Namun, ternyata lawan yang dihadapinya tak terduga: seorang pemuda gembala, lincah, cepat, dan sangat terampil menggunakan umban—alat pelempar batu. Dengan satu lemparan, sebutir batu melesat ke arah dahi Jalut, satu-satunya titik lemah yang tak tertutup zirah. Batu itu menghantam tepat sasaran, dan Jalut pun roboh.

Hukum Abadi: Yang Zalim Pasti Tumbang

Apakah peristiwa ini hanya berlaku di era Daud dan Jalut? Tidak. Ini adalah hukum abadi Tuhan: bahwa kezaliman, sekuat apa pun, pasti akan tumbang, dan yang lemah secara duniawi bisa menang dengan iman dan keberanian.

Hari ini, kita menyaksikan ulang kisah itu. Penjajah Israel, dengan sistem pertahanan canggih seperti Iron Dome, David’s Sling, dan THAAD bantuan Amerika, tak mampu membendung serangan roket dari pejuang Gaza, Yaman, dan Lebanon.

Tank-tank baja, kendaraan militer, dan buldoser lapis baja yang dilengkapi sistem perlindungan otomatis, dihancurkan oleh senjata panggul Yasiin 105 milik pejuang Palestina.

Allah Swt menghadirkan para pejuang Palestina sebagai sosok Daud zaman ini, untuk menegaskan firman-Nya yang kekal:

> "Kalau bukan karena Allah menolak sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini."
(QS. Al-Baqarah: 251)

Bangsa Penjajah yang Pernah Dijajah Oleh: Nasrulloh Baksolahar Karakter penjajah dari masa ke masa ternyata tidak berubah. Meski...


Bangsa Penjajah yang Pernah Dijajah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Karakter penjajah dari masa ke masa ternyata tidak berubah. Meskipun pelakunya berasal dari bangsa yang berbeda dan hidup dalam zaman yang berjauhan, wataknya tetap sama: kezaliman dan perusakan. Lihatlah Firaun, Nebukadnezar, hingga bangsa-bangsa Eropa saat menjajah wilayah lain—semuanya menunjukkan sifat yang serupa.

Lalu bagaimana jika bangsa penjajah itu dulunya pernah dijajah, bahkan pernah memimpin peradaban dunia? Ternyata, pengalaman masa lalu tidak serta-merta mengubah watak penjajahan. Mereka tetap membawa luka sejarahnya, namun kini menimpakannya pada bangsa lain.

Ambil contoh Israel. Saat ini, dunia menyaksikan bagaimana mereka melakukan genosida terhadap bangsa Palestina: pengeboman setiap hari, pembunuhan, penghancuran pemukiman, pelarangan bantuan kemanusiaan, hingga penyiksaan brutal di penjara. Kezaliman ini berlangsung terang-terangan di depan mata dunia.

Ironisnya, Israel adalah bangsa yang sejarahnya dipenuhi luka akibat penindasan. Mereka pernah mengalami genosida pada masa Firaun, Nebukadnezar, Heraklius, Ferdinand-Isabel, hingga terakhir di tangan Nazi di Eropa. Mereka pernah terusir dari berbagai wilayah, dan kini mereka yang mengusir rakyat Palestina secara paksa ke kamp-kamp pengungsian dan negara lain, dengan kekerasan dan penindasan.

Bukankah mereka yang pernah merasakan pedihnya genosida? Bukankah mereka yang setiap tahun memperingati tragedi Holocaust dengan penuh kesedihan dan perenungan? Mengapa kini mereka justru melakukan hal yang sama terhadap bangsa lain—hal yang seharusnya mereka pahami sebagai luka yang tak patut diwariskan?

Bani Israil, yang merupakan bangsa paling banyak menerima para nabi dan rasul, dahulu pernah menjadi pusat peradaban ketika kitab sucinya dijadikan pedoman hidup. Namun kini, mengapa justru berubah menjadi bangsa yang tampak tak lagi membawa nilai-nilai wahyu? Mengapa mereka melakukan kejahatan kemanusiaan seolah-olah tidak pernah menerima bimbingan langit?

Sejarah dan pengalaman masa lalu ternyata tidak cukup untuk mencegah seseorang atau sebuah bangsa dari mengulangi keburukan yang sama. Ketika nafsu penjajahan menguasai, maka nurani pun dibungkam. Luka sejarah pun berubah menjadi senjata untuk melukai yang lain.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Baqarah (1) Al-Qur'an (356) Al-Qur’an (3) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (253) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Hadist (4) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) kisah para nabi dan (2) Kisah Para Nabi dan Rasul (543) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) Kisah Penguasa (1) Kisah ulama (1) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (71) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) Nasrulloh Baksolahar (1) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (230) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (505) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (489) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (250) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (228) Sirah Sahabat (150) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (144) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)